A.
IDENTITAS BUKU
Judul buku
|
: Beginilah Seharusnya
Menjadi Guru
Panduan Lengkap
Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah
|
Editor
|
:
Richard C. Martin
|
Penerbit
|
:
Muhammadiyah University Press
|
Tahun Terbit
|
:2001
|
Jumlah Halaman
|
: 267
Halaman
|
Ukuran Buku
|
: 16 x
21 cm
|
Harga
|
: Rp.
70.000
|
B.
PENDAHULUAN
Profesi sebagai pendidik adalah
posisi sosial yang paling strategis dalam sebuah sistem, memiliki kedudukan
yang tinggi dan utama dalam Islam. Guru adalah ujung tombak gerakan perubahan,dan profesi
(sebagai) pendidik adalah termasuk semulia-mulia dan seluhur-luhurnya profesi. Di pundak seorang pendidik terpikul
tanggung jawab yang agung yaitu membentuk generasi dan mengarahkannya kepada
jalan Allah. Yang penting untuk digarisbawahi, salah satu kewajiban asasi
seorang pendidik adalah membersihkan nilai-nilai negatif dan virus-virus
jahiliyah dari materi yang diajarkannya. Sebagai seorang pendidik harus senantiasa mengingat
bahwa apa yang di ajarkan akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan
Allah, dan jangan sampai predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan
imbalan kecil, akan ditambah dengan azab di akhirat. Umat ini menggantungkan
harapan yang besar akan masa depan generasi muda kepada Allah melalui sentuhan
lembut didikan dan pengajaran seorang pendidik.
Umat telah menyerahkan miliknya yang paling berharga dan tambatan jiwa mereka
yang tak ternilai kepada para pendidik.
Maka hendaklah
mereka takut kepada Allah dalam mendidik
putra putri kaum Muslimin, jangan sekali-kali para pendidik itu mengajarkan mereka sesuatu yang tidak diridhai Allah,
karena itu akan membuahkan keterlanjuran negatif yang menakutkan, namun
hendaklah mereka mendidik dengan Agama Allah dan menempuh metode yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam. Dalam buku ini, pendidik bisa
mendapatkan metodologi pendidikan
yang penuh teladan, selamat, dan lurus yang diambil dari contoh-contoh sikap
dan tindakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam mendidik
para sahabat Radhiallahu ‘anhuma. Dan bahwasanya metode yang baik, bisa jadi lebih
berpengaruh daripada kuatnya materi. Dan kedua komponen ini tampil padu dalam
buku ini.
C.
ISI BUKU
BAGIAN
PERTAMA
Pada pembahasan
awal, buku ini menjelaskan perihal sikap dan sifat-sifat dan karaktek yang
seharusnya dimiliki seorang guru, pembahasan ini mengartikan bahwa sebelum bisa
mengajarkan sebuah pemahaman ilmu kepada orang lain baik, pemahaman ruhiyah (rohani),
fikrah (pemikiran), maupun jism (fisik), tentulah seorang guru harus
melayakkan dirinya berdasarkan pada sifat-sifat mulia dan karakter yang Nabi
ajarkan. Perkara agung yang mutlak dimiliki seorang pendidik adalah
prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Allah. Dan merupakan kewajiban bagi
seorang pendidik untuk menanamkan hakikat ikhlas pada diri anak didiknya dan
menyertakan hakekat keikhlasan tersebut semenjak awal dan terus menerus
mengingatkannya.
Adapun jujur
adalah kunci kesuksesan seorang pengajar di dunia dan akhirat.Berdusta kepada
siswa akan menjadi perintang dalam proses penyampaian ilmu dan menghilangkan
kepercayaan. Efek dusta akan merambat kepada masyarakat, tidak terbatas pada
pelakunya.
Selain itu
seorang guru haruslah mempunyai akhlak, pemikiran dan tutur kata yang baik,
serasi antara ucapan dan perbuatan karena sungguh hal tersebut akan lebih cepat
diterima daripada sekedar perkataan (ajakan) belaka. Merupakan kebiasaan
tercela yang dilakukan seseorang adalah yang ucapannya menyelisihi perbuatannya
sebagaimana firman Allah :
الصّف : ٣ (كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن
تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُون)
“Amat besar
kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”
(Ash-Shaf : 3)
Kontradiksi
ucapan dengan perbuatan menempatkan siswa dalam kebingungan dan menjadikannya
tidak puas pada suatu keadaan. Maka wajib atas para pendidik untuk selalu takut
kepada Allah, karena anak didik adalah amanat yang dipikulkan ke pundak mereka,
maka hendaklah mereka berjuang keras dalam mengajarkan apa yang bermanfaat bagi
anak didik serta menyelaraskan antara ucapan dan tindakan nyata karena hal itu
akan memperkokoh ilmu yang mereka ajarkan. Dan sesungguhnya dengan memilih
jalan menjadi seorang pendidik berarti harus berupaya kepada diri sendiri untuk
bisa dijadikan qudwah (teladan) bagi para muridnya.
Seorang
pendidik juga dituntut untuk bersikap adil, dan sikap ini akan lebih
ditekankan ketika mengoreksi dan memberikan nilai. Tidak ada tempat untuk
mengasihi seorangpun atau mengutamakannya atas yang lain, baik dengan alasan
kerabat atau perkara apapun, hal ini termasuk kedholiman yang dia dan pelakunya
tidak diridhai Allah, bahkan diancam dengan siksaan. Pentingnya mewujudkan
keadilan diantara siswa ini adalah untuk memasyarakatkan rasa cinta dan kasih
sayang di antara mereka.
Selayaknya pula
para pendidik berhias dengan akhlak mulia dan adab yang tinggi dan ini
adalah merupakan media paling sukses dalam mengajar (bimbingan yang bersifat
akali/ intelektualistik ) dan mendidik (proses pendewasaan kepribadian), dimana
siswa pada umumnya akan terdorong dan berakhlak dengan akhlak gurunya dan lebih
banyak menerima daripada yang lainnya.
Akhlak terpuji
yang akan menambah kehormatan dan wibawa seorang pendidik adalah tawadhu’,
dengan sikap ini maka akan hilang adanya jarak antara guru dan anak didiknya,
dan disebabkan kedekatan siswa dengan gurunya tersebut siswa akan memperoleh
ilmu dalam bentuk yang lebih baik. Pengaruh sikap tawadhu’ tidak terbatas pada
guru, akan tetapi memantul kepada anak didik dan memberikan efek pada mereka
secara positif . Kebalikan dari sikap tawadhu’ adalah takabur yang menjadi
sebab jauhnya siswa dari gurunya serta berpaling dari menimba ilmu darinya.
Pendidik juga
harus memiliki keberanian untuk mengakui sebuah kesalahan dan kekurangan
manusiawi, yang hampir-hampir tidak ada seorangpun selamat darinya. Mengakui
kesalahan tidak akan mengurangi wibawa pelaku kesalahan, bahkan merupakan
kemuliaan baginya dan bukti atas sifat keberaniannya. Mengakui kesalahan
artinya memperbaiki kesalahan, dan sebaliknya adalah meneruskan kesalahan dan
bersikap sombong di dalamnya.
Adakalanya
candaan seorang pendidik diperlukan di sela-sela pelajaran untuk menghilangkan
rasa bosan dan jemu yang menyelimuti suasana kelas akibat tumpukan materi
pelajaran yang disuguhkan, walaupun seorang guru memiliki bakat mahir dalam
menyampaikan dan bagus dalam menyajikan, otak anak didik tetap saja memiliki
kemampuan terbatas dalam menerima pelajaran yang disuguhkan. Candaan memiliki
pengaruh positif dalam mengakrabkan suasana belajar, namun demikian perlu
diperhatikan untuk tidak memperbanyak canda, supaya tidak mengeluarkan proses
belajar dari jalurnya dan faidah yang diharapkan darinya hilang. Banyak
bercanda juga dapat menghilangkan wibawa dan harga diri, begitu juga candaan
tidak boleh dilakukan kecuali dalam perkara yang benar, dan tidak menyakiti
atau menghinakan salah satu anak didik di dalamnya.
Kesuksesan
seorang guru dapat diukur manakala ia mampu menahan emosi dan menundukkannya,
dimana dalam kondisi marah dan emosi meninggi orang akan kehilangan
keseimbangan, dan pertimbangan serta kebijakan-kebijakannya terbalik, hingga
hampir-hampir tidak bisa membedakan yang haq dan yang batil. Maka merupakan hal
yang terpuji manakala seorang pendidik tidak marah kecuali ketika
syariat-syariat Allah dilanggar. Namun demikian ini bukan indikasi kelemahannya
terlebih jika guru yang bersangkutan mampu melakukan apa yang diinginkan.
Dan merupakan
bencana besar ketika seorang guru biasa melontarkan perkataan keji
(ejekan,laknat dan caci maki serta kata-kata kotor dan sia-sia). Sifat-sifat
tercela ini efek negatifnya akan merambat kepada orang lain dan
mempengaruhinya. Tidaklah akan muncul dari sikap ini kecuali permusuhan dan
saling membenci. Maka tidaklah pantas seorang guru memiliki karakter demikian
karena hal tersebut mencerminkan keburukan batin dan kerusakan niat.
Bukanlah
merupakan celaan bagi seorang guru manakala ia dihadapkan pada suatu persoalan
untuk bertanya dan berkonsultasi kepada orang yang lebih tahu darinya, dengan
demikian dia mendapatkan kebenaran dan ini justru merupakan bukti keunggulan
dan kemantapan akalnya. Adapun sifat tinggi hati, sombong, dan besar diri
sehingga tidak mau bertanya kepada yang lain, ataupun meminta pendapat dan
merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, justru akan menjauhkannya dari kebenaran.Maka
seyogyanya seorang guru haruslah tetap melakukan konsultasi dengan orang lain
yang dianggap lebih faqih (paham) dari dirinya, agar sama-sama dapat
menyebarkan manfaat, menjaga kebaikan dan mengoreksi terhadap perilaku yang
telah ia lakukan.
BAGIAN
KEDUA
Pada pembahasan
selanjutnya, seorang guru wajiblah mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai
pendidik. Jika saat ini banyak para siswa yang menyukai kekerasan, berpikiran
negative melebihi batas usianya, serta melakukan berbagai macam tindakan asusila
bahkan mengacu pada kriminalitas, maka tugas dan kewajiban gurulah yang harus
memperbaiki keadaan pelajar pada saat ini dengan menanamkan akidah yang benar
dan senantiasa berusaha memantapkan kualitas iman siswa pada saat proses
belajar mengajar. Hal tersebut karena
seorang guru dituntut untuk mendidik, tidak hanya menyampaikan materi
pelajaran. Menanamkan
aqidah dengan cara menyampaikan ilmu-ilmu yang lain selain ilmu syar’i adalah
sarana yang sangat bermanfaat untuk mengokohkan ikatan muslim dengan agamanya
pada setiap lini kehidupan, cara ini secara umum dapat menguatkan kualitas iman
siswa sehingga melahirkan generasi yang kuat aqidahnya dan erat hubungannya
dengan Rob-Nya. Memberikan nasehat adalah tuntutan syar’i sebelum menjadi
tuntutan pengajaran dan pendidikan.
Dari Tamim bin Aus ad-Dari radhiallahu ‘anhu bahwa Rosulullah shalallahu
‘alaihi wa salam bersabda :
الدِّينُ
النَّصِيحةُ ، قُلْناَ : لِمَنْ يا رَسُولَ اللهِ ؟ قاَلَ : لِّلهِ ، وَلِكتابِهِ ،
ولِرسولِهِ ، وَلأِ ئِمَّةِ المُسلِمينَ وَعاَمَّتِهِمْ {رواه البخاري ومسلم}
“Agama adalah
nasehat. Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “
Untuk Allah, Kitab-Nya,Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin serta
kalangan umum mereka " (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Mengarahkan
siswa dengan pengarahan yang benar, menuntunnya kepada sesuatu yang berguna
baginya, meluruskankannya jika dia menyimpang dari jalan yang lurus, ini
merupakan tugas dan kewajiban guru. Adapun memberikan nasehat secara empat mata
adalah kebijakan yang baik karena nasehat akan lebih direspon dan diterima.
Sudah
selayaknya seorang guru memiliki sifat kelembutan karena pada dasarnya jiwa
manusia condong dan senang dengan dengan sikap lembut, santun dan kata-kata
yang baik, sebaliknya lari dari sikap keras dan kasar. Berlaku kasar terhadap
siswa dapat membahayakan, misalnya melampaui batas dalam ta’lim, terlebih pada
usia dini. Barangsiapa yang terdidik dalam lingkungan keras dan anarkis, ia
akan selalu dibayang-bayangi perasaan terpaksa, tidak bergairah, memiliki sifat
malas, mendorongnya suka berdusta dan tampil berbeda dengan apa yang ada pada
dirinya disebabkan rasa takut terhadap tindakan-tindakan kasar yang menimpanya
serta mendorongnya untuk berbuat makar dan tipu daya. Namun terkadang sikap
tegas diperlukan manakala siswa membuat kesalahan yang tidak bisa ditolerir,
maka guru harus mengingkari kesalahan tersebut kemudian berusaha memperbaiki
dan membantu siswa kembali kepada kebenaran. Adapun untuk kesalahan yang
disebabkan karena kebodohan, maka sikap lembut akan lebih mudah meresap pada
anak didik.
Apabila siswa
melakukan kesalahan dengan sengaja dalam kedaan dia mengetahuinya, maka
guru berhak untuk berijtihad dalam menciptakan cara yang paling tepat dalam
menangani dan meluruskan pelaku kesalahan. Kepiawaian guru terletak pada metode
dalam membenahi kesalahan tanpa menyebut langsung nama orang yang bersalah,
walaupun pelaku kesalahan tersebut diketahui oleh sebagian orang. Adapun
menjelaskan kesalahan tidaklah bertujuan untuk menjelekkan pelakunya, melainkan
sebagai peringatan dan penjelasan terhadap siswa agar tidak terjerumus kepada
perilaku dan ucapan yang buruk.
Keputusan guru
dengan memberikan sangsi pada saat mengajar terkadang diperlukan, namun hendaknya
bijaksana dan bertahap sesuai dengan kadar kesalahan siswa misalnya diawali
dengan nasehat dan arahan, muka masam, bentakan, berpaling, kecaman, menyuruh
siswa berdiri, membebani dengan tugas, menggantung cambuk, atau tingkatan yang
terakhir dengan pukulan ringan dengan menghindari daerah wajah. Tujuan memukul
adalah untuk mendidik bukan untuk melampiaskan amarah. Seyogyanya dalam
membenahi kesalahan dilakukan secara bertahap dan tidak langsung menggunakan
pukulan kecuali dalam kondisi yang melampaui batas kewajaran.
Selain sangsi
dan hukuman, guru juga perlu memberikan penghargaan terhadap siswa atas suatu
keberhasilan. Bentuk penghargaan sangat bervariasi, namun tujuannya sama yaitu
memberikan pengaruh positif dan adanya maslahat dalam pelaksanaannya, misalnya
penghargaan dalam bentuk materi, bentuk doa, ataupun dalam bentuk sanjungan dan
pujian. Penghargaan memiliki pengaruh besar dalam memotivasi siswa untuk
menuntut ilmu. Pemberian penghargaan hanyalah sebagai sarana dan bukan sebagai
tujuan dalam belajar.
Salah satu
langkah guru untuk menjalin keakraban, saling menyayangi dan merupakan salah
satu faktor meraih ampunan serta memperbanyak amal kebajikan dengan
siswanya adalah dengan memberi salam. Jika cinta antara guru dan siswa
telah terjalin, maka ini adalah sinyal positif akan diterimanya ilmu yang
ditebarkan guru tersebut, karena jiwa secara tabiat akan condong kepada sesuatu
yang disukai dan disenanginya.
BAGIAN
KETIGA
Pada bagian terakhir buku ini,
pembahasan lebih mengarah kepada aplikasi karena berkaitan dengan sistem dan
metode yang digunakan saat mengajar. Metode yang dianjurkan dan telah terbukti
efektif dalam pengaplikasiannya berupa:
1. Metode Penjagaan kontak (dengan intensif secara berkala
memperhatikan pendengaran dan penglihatan antara guru dan
siswa). Metode ini
dapat berupa:
a. Metode Istinshath, yaitu meminta siswa untuk diam dan
menyimak dengan seksama.
b. Metode panggilan dan sapaan (sistem langsung)
c. Metode memotivasi untuk mendengar dan menyimak dengan
seksama (sistem tidak langsung).
Adapun dalam
melakukan kontak dengan siswa, seorang guru dapat membuat variasi dan tehnik
mengajar, antara lain :
I. KONTAK
PENDENGARAN
a. metode ceramah,
dalam hal ini guru harus memperhatikan tujuan dalam berbicara, mengatur jeda
antar kata,tidak terlalu cepat ataupan sebaliknya terlalu lambat.
b. tidak tasyadduq
(ngalor-ngidul) dalam ucapan dan tidak memaksakan juga untuk bersajak.
c. mengangkat
suara atau merubah intonasi, terkadang ini menjadi tehnik yang bagus untuk
menarik perhatian pendengar.
d. guru hendaknya
konsisten dan terus-menerus dalam menyampaikan materi dan tidak memutus
penjelasan karena hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa.
e. diam sejenak
untuk memberi kesempatan siswa merespon pelajaran, jika difahami dengan baik
maka dilanjut, jika siswa menunjukkan ekspresi bingung maka perlu guru perlu
mengulang kembali.
II. KONTAK
PANDANGAN
a. menggunakan
ekspresi wajah dalam mengajar akan membantu guru dalam mewujudkan
tujuan-tujuanya.
b. menggunakan
kotak pandangan antara guru siswa, seyogyanya bagi guru dapat
mempertahankan para siswanya tetap dalam pengawasannya, melalui kontak
pandanganya seorang guru dapat memperhatikan yang malas kemudian
mengingatkannya, dan hendaknya mengarahkan pandangannya ke segenap siswanya,
sehingga masing-masing meyakini bahwa dialah yang dimaksudkan dalam pembicaraan
2.
Metode praktik (Peragaan) yang
mempunyai dampak besar dalam ingatan murid.
Menggabungkan antara teori dan sistem praktek dalam
aktivitas belajar mengajar merupakan sarana yang efektif dalam pengajaran.
Mengulang-ulang pelajaran dan mempraktekannya adalah faktor kuat dalam
menghafal ilmu pengetahuan dan menjaganya dari kelupaan.
3. Menyajikan
materi pelajaran dengan metode yang sesuai dengan tingkat kecerdasan dan
pemahaman siswa.Dengan adanya perbedaan kemampuan berfikir dan daya paham siswa
tersebut, maka kecerdasan dan kepiawaian guru terletak pada kemampuannya
menyampaikan pelajaran kepada siswa dan bukan terletak pada banyaknya dalil dan
nash yang dia sampaikan. Membebani siswa dengan sesuatu materi dan permasalahan
diluar kemampuannya maka hal ini tidaklah menambah kecuali kebingungan
4. Metode dialog
dan pendekatan logika sebagai pengantar pemahaman ilmu agar lebih mudah
dicerna.Terkadang ada diantara siswa yang tidak puas dengan sebagian kaidah dan
asas yang distilahkan ulama’ kecuali jika tampak baginya sisi hikmah
tersebut, dan diantara mereka juga ada yang tidak memperoleh pemahaman yang
sempurna kecuali setelah permasalahan tersebut diformat dan disajikan kepadanya
dengan metode dialog dan pendekatan logika, maka seorang guru perlu mencermati
kondisi siswa, apakah dia termasuk orang yang terkesan dengan dalil atau tidak.
Penggunaan metode pendekatan logika diharapkan menjadi sarana yang membantu
sampainya pelajaran seperti yang dikehendaki guru.
5. Metode lewat
kisah yang mengajarkan pentingnya hikmah dan perkembangan imajinasi murid.Kisah
memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menarik perhatian jiwa dan memfokuskan
indra sepenuhnya kepada orang yang berkisah, sehingga kisah tidak sekedar
menjadi hiburan melainkan sebagi media untuk menyampaikan nasehat, ibrah dan
sarana jitu dalam proses pengajaran, namun demikian hendaknya seorang guru
tidak hanya terobsesi untuk menjadi pembawa kisah saja, tetapi juga harus mampu
menjelaskan titik-titik ibrah dari kisah tersebut, menjelaskan pelajaran yang
bisa dipetik, memaparkan hukum-hukum yang ada di dalamnya.
6. Metode
permisalan sebagai penyampaian yang tepat dan efektif.Seorang guru kadang
dihadapkan pada sebagian kesulitan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa,
maka guru membutuhkan sarana lain yang membantunya memecahkan permasalahan
yaitu dengan penggambaran, permisalan yang menyebabkan sesuatu menjadi
jelas sehingga siswa mampu mempelajari sesuatu yang sulit terasa lebih mudah.
وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
{سُوْرَةُ إبْرَاهِيْمَ : ٢٥}
“Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran “
7.
Metode dengan membangkitkan rasa
penasaran.
Ini adalah suatu metode untuk membangkitkan semangat dan
mengompori jiwa, karena jiwa manusia selalu merasa penasaran dan terpancing
untuk mengetahui sesuatu yang baru.
8. Metode
menggunakan Isyarat (gerakan tangan dan kepala) yang menjadikan pembelajaran
lebih efektif.Isyarat dapat membantu guru untuk menyingkat, atau memberi
penekanan pada ucapan, atau menguatkan sebagian dari perkara-perkara yang
penting, atau menarik perhatian pendengar, atau membantu guru mengungkapkan
sebagian makna yang kadang tidak mungkin diucapkan oleh lisan. Beberapa isyarat
sudah diketahui oleh khalayak berdasarkan adat kebiasaan, seperti isyarat untuk
meminta diam, isyarat untuk datang ataupun pergi. Berlebihan dalam penggunaan
isyarat akan mengganggu siswa sebaliknya menonaktifkan sarana ini akan
menghilangkan sebagian sarana yang dapat membantu guru menerangkan sebagian
materi yang harus dijelaskan.
9.
Menggunakan gambar
Menggabungkan antara gambar dan tulisan dengan metode
ceramah dapat membantu dalam proses pembelajaran yang lebih mudah dan cepat.
Tulisan dan gambar haruslah jelas, dapat dilihat oleh semua siswa dan tidak ada
sekat yang menghalangi penglihatan siswa kepadanya.
10. Menerangkan masalah-masalah yang penting menggunakan metode
penafsiran.
Penafsiran akan mengurai rumus masalah-masalah yang
rumit, memasukkan perasaan lega ke dalam hati dan memberikan rasa
tenang,disamping itu materi akan lebih tertancap dalam ingatan, dan terhindar
dari kelupaan, karena menghafal sesuatu yang diketahui alasan dan sebabnya akan
lebih mudah dibanding sesuatu yang tidak diketahui alasan dan sebabnya.
11. Memberi ruang kesempatan kepada murid untuk mencari jawaban
Metode ini dapat mengasah otak dan indra serta
menjadikannya mencari dengan aktif jawaban yang diinginkan, yang pada dasarnya
mengindikasikan kemajuan dan wawasan yang akan menambah perbendaharaan
siswa. Metode ini menuntut kecerdasan dari guru dan kepandaiannya dalam memilih
masalah-masalah yang akan dilontarkan dengan memperhatikan kesederhanaan
dan kemudahan di dalamnya. Adakalanya permasalahan yang dilontarkan
mengharuskan jawaban dari siswa dan adakalanya tidak. Semakin mudah masalah
yang dilontarkan dapat diterima otak, hal itu akan lebih cepat mencapai tujuan.
12. Menanamkan pentingnya repeating (pengulangan) dan
menyampaikan.
Menggunakan metode pengulangan memiliki banyak faedah,
diantaranya dapat memberikan penekanan terhadap permasalahan ataupun suatu
hukum yang penting. Pengulangan adakalanya terjadi pada kalimat, nama, ataupun
selain keduanya. Mengulang nama, menjadikan orang yang dipanggil siap untuk
menerima berita. Pengulangan tiga kali adalah batas puncak memperoleh
keterangan, akan tetapi terkadang bisa ditambah sesuai dengan kebutuhan.
13. Menggunakan
metode klarifikasi dalam mengajar
Dalam metode ini, guru terlebih dahulu mempelajari materi
yang akan disampaikan kepada siswa kemudian mengklarifikasikannya menjadi
beberapa bagian atau point tertentu. Metode ini akan menjadikan siswa mengusai
pembahasan dari semua sisi dan sudutnya, serta menjadikannya mampu menghafal
pelajaran dan menguasainya dengan cepat, misalnya jika seorang siswa lupa sebagian
pelajaran kemudian ingat klarifikasi gurunya jumlahnya sekian-sekian, hal itu
akan membantunya untuk mengembalikan ingatannya pada pelajaran yang hilang.
Disarankan ketika menggunakan metode ini, agar terlebih dahulu menyebutkan
secara global, baru kemudian menyebutkan perinciannya.
14. Menggunakan
metode tanya jawab pada saat mengajar.
Metode pertanyaan adalah metode yang sangat efektif untuk
menarik perhatian siswa dan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran yang
disampaikan kepadanya agar lebih berkesan. Hendaknya guru melontarkan
pertanyaan kepada para siswanya secara global/umum dan memberikan waktu yang
cukup untuk menghadirkan jawaban, kemudian baru menentukan siapa yang akan
menjawab pertanyaan tersebut. Seyogyanya guru tidak menunjuk siswa tertentu
sebelum melontarkan pertanyaan, karena hal tersebut akan menghilangkan
keikutsertaan mereka untuk berfikir dan mencukupkan diri dengan jawaban teman
yang telah ditunjuk oleh guru. Namun adakalanya guru juga perlu menunjuk siswa
tertentu sebelum melontarkan pertanyaan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu,
seperti ketika guru hendak mengetahui kemampuan siswa dengan cepat, atau
mengingatkaan siswa dari kelalaian atau tidur, akan tetapi tidak
menjadikan cara ini sebagai kebiasaannya. Terkadang pertanyaan bisa dilontarkan
di awal pelajaran,atau di tengah pelajaran sesuai tuntutan kebutuhan
dengan tujuan membuat siswa selalu konsentrasi, fokus dan termotivasi untuk
tetap berfikir.
15. Melontarkan
pertanyaan ilmiah yang masih samar untuk menguji kemampuan otak siswa.
Melontarkan beberapa permasalahan untuk menguji siswa
memiliki faidah yang besar dalam mengembangkan dan memantapkan pemahaman.
Metode paling efektif untuk memfungsikannya adalah guru melontarkan masalah
secara kolektif,dan memberikan sedikit waktu kepada para siswa untuk memikirkan
jawaban masalah tersebut. Hendaknya guru selektif dalam memilih soal, demikian
juga guru dapat memperkenankan diskusi dan mengajukan pendapat diantara para
siswa, sehingga mereka termotivasi untuk menemukan jawaban yang paling tepat
dan benar. Adapun jika para siswa tidak mampu menemukan jawaban yang benar,
maka guru harus menjelaskan jawabannya.
16. Guru memotivasi
siswanya untuk mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan dapat menghilangkan banyak kesalahan dan kekeliruan
yang kadang-kadang siswa terjatuh di dalamnya. Bertanya akan mampu menyingkap
kejahilan dan meluruskan makna serta pemahaman siswa. Namun demikian guru
diperkenankan menolak pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan menampakkan
kelemahan guru, mengolok ataupun mengecam, dan guru perlu menegur pelakunya
17. Mempresentasikan pertanyaan dan menentukan jawaban yang
sesuai dengan kondisinya.
Seyogyanya seorang guru dituntut untuk memberikan jawaban
lebih dari sekedar apa yang ditanyakan siswanya untuk memperjelas beberapa
permasalahaan yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut, hal tersebut akan
menjadi sangat berarti manakala penanya adalah siswa yang lemah akalnya.
18. Memberikan
penilaian terhadap
jawaban siswa untuk mengukur seberapa bagus hasil
pemikirannya.
Hendaknya seorang guru memberikan penilaian terhadap
jawaban setiap siswa, sehingga siswa dapat mengambil manfaat melalui koreksi
gurunya, begitu pula siswa lain dapat mengambil manfaat dengan mengetahui
jawaban yang benar dari yang salah. Guru hendaknya juga cermat dan teliti dalam
membenarkan dan menyalahkan , tidak terburu-buru menyalahkan siswa secara
total, karena bisa jadi di dalam jawabannya terdapat sesuatu yang benar, namun
perlu juga mengukuhkan yang benar dan menjelaskan yang salah. Guru perlu
memilih kata-kata yang bijak ketika menyalahkan, sehingga siswa tetap
termotivasi untuk belajar bukan karena takut dengan ketajaman lidah gurunya.
19. Ucapan guru “saya tidak tahu” terhadap
masalah yang tidak diketahuinya adalah bagian dari ilmu.
Perasaan seorang guru malu dan tidak enak untuk
mengatakan “saya tidak tahu” bukan sebab yang bisa diterima untuk menyampaikan
pengetahuan yang salah kepada muridnya, karena ketidaktahuan guru tidak
semuanya merupakan aib ataupun kekurangan bagi guru. Adapun orang yang
berbicara tanpa dasar ilmu selamanya tercela dalam Kitab Alloh dan melalui
lisan Rosul-Nya. Hendaknya guru menanamkan prinsip ini kepada anak didiknya dan
terus menerus menekankannya.
D. KELEBIHAN BUKU
Dalam buku ini, kita bisa mendapatkan metodologi
pendidikan yang penuh teladan, selamat, dan lurus yang diambil dari
contoh-contoh sikap dan tindakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dalam mendidik para sahabat Radhiallahu ‘anhuma. Semua pendapat yang
dicetuskan oleh pengarang selalu disertai dalil-dalil yang tsiqoh dan dapat
dipertanggungjawabkan. Pengarang juga menyertakan contoh-contoh riil
permasalahan yang terkadang ditemui dalam proses pembelajaran berikut
solusinya. Bagi para pendidik ataupun calon pendidik buku ini sangat layak
bahkan harus dijadikan sebagai bekal sebelum masuk kelas menghadapi para
siswanya. Secara fisik, buku ini juga menarik, kertas sampul yang tebal dengan
tulisan judul yang dibuat timbul, memberi kesan buku ini tampak mahal dan
elegan, meskipun dari sisi harga ternyata sangat terjangkau oleh khalayak.,
E. KEKURANGAN BUKU
Buku yang aslinya merupakan terjemahan dari kitab
berbahasa Arab berjudul “ Qudwatun li kulli mu’alimin wa
mu’alimatin “ karya Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syajhub ini kurang
bagus dari sisi penterjemahannya, sehingga pembaca sering harus membacanya
ulang untuk dapat memahaminya dengan baik. Penerjemah juga kurang memperhatikan
ejaan yang disempurnakan dengan baik, dan sering terjadi pengulangan kata yang
sama dalam satu kalimat sehingga membuat kalimat kurang indah dari sisi bahasa.
F.
KESIMPULAN
Buku berjudul “ Beginilah seharusnya menjadi guru”
ini penuh dengan metode-metode pengajaran Islam yang mulia. Seorang guru
tidak hanya dituntut meguasai materi yang akan diajarkan, tetapi juga
harus memperhatikan strategi penyampaian materi tersebut, kondisi para
siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Komponen-komponen
tersebut ada dalam buku ini.
G. SARAN
Buku ini sebetulnya sangat penting dalam dunia pendidikan
dan sudah selayaknya setiap pendidik, calon pendidik, akademisi, bahkan
orang tua khususnya ibu (sebagai sekolah pertama bagi anank-anaknya) harus
membaca buku ini. Namun untuk lebih memudahkan pemahaman bagi pembaca, kiranya
perlu dibenahi kembali ejaan dan tata bahasanya sehingga mudah dimengerti oleh
pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar