Selasa, 23 September 2014

RESENSI BUKU "BEGINILAH SEHARUSNYA MENJADI GURU"


A. IDENTITAS BUKU


 



Judul buku
: Beginilah Seharusnya  Menjadi  Guru
  Panduan Lengkap Metodologi Pengajaran Cara Rasulullah
Editor
: Richard C. Martin
Penerbit
: Muhammadiyah University Press
Tahun  Terbit
:2001
Jumlah  Halaman
: 267 Halaman
Ukuran Buku
: 16 x 21 cm
Harga
: Rp. 70.000

B.  PENDAHULUAN
Profesi sebagai pendidik adalah posisi sosial yang paling strategis dalam sebuah sistem, memiliki kedudukan yang tinggi dan utama dalam Islam. Guru adalah ujung tombak gerakan perubahan,dan profesi (sebagai) pendidik adalah termasuk semulia-mulia dan seluhur-luhurnya profesi.  Di pundak seorang pendidik terpikul tanggung jawab yang agung yaitu membentuk generasi dan mengarahkannya kepada jalan Allah. Yang penting untuk digarisbawahi, salah satu kewajiban asasi seorang pendidik adalah membersihkan nilai-nilai negatif dan virus-virus jahiliyah dari materi yang diajarkannya. Sebagai seorang pendidik  harus senantiasa mengingat bahwa apa yang di ajarkan akan dimintai pertanggungjawabannya di hadapan Allah, dan jangan sampai predikat sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dengan imbalan kecil, akan ditambah dengan azab di akhirat. Umat ini menggantungkan harapan yang besar akan masa depan generasi muda kepada Allah melalui sentuhan lembut didikan dan pengajaran  seorang pendidik. Umat telah menyerahkan miliknya yang paling berharga dan tambatan jiwa mereka yang tak ternilai kepada para pendidik. Maka hendaklah mereka takut kepada Allah dalam mendidik putra putri kaum Muslimin, jangan sekali-kali para pendidik itu mengajarkan mereka sesuatu yang tidak diridhai Allah, karena itu akan membuahkan keterlanjuran negatif yang menakutkan, namun hendaklah mereka mendidik dengan Agama Allah dan menempuh metode yang dicontohkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam buku ini, pendidik  bisa mendapatkan metodologi pendidikan yang penuh teladan, selamat, dan lurus yang diambil dari contoh-contoh sikap dan tindakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam mendidik para sahabat Radhiallahu ‘anhuma. Dan bahwasanya metode yang baik, bisa jadi lebih berpengaruh daripada kuatnya materi. Dan kedua komponen ini tampil padu dalam buku ini.
C.  ISI BUKU
BAGIAN PERTAMA
Pada pembahasan awal, buku ini menjelaskan perihal sikap dan sifat-sifat dan karaktek yang seharusnya dimiliki seorang guru, pembahasan ini mengartikan bahwa sebelum bisa mengajarkan sebuah pemahaman ilmu kepada orang lain baik, pemahaman ruhiyah (rohani), fikrah (pemikiran), maupun jism (fisik), tentulah seorang guru harus melayakkan dirinya berdasarkan pada sifat-sifat mulia dan karakter yang Nabi ajarkan.  Perkara agung yang mutlak dimiliki seorang pendidik adalah prinsip mengikhlaskan ilmu dan amal untuk Allah. Dan merupakan kewajiban bagi seorang pendidik untuk menanamkan hakikat ikhlas pada diri anak didiknya dan menyertakan hakekat keikhlasan tersebut semenjak awal dan terus menerus mengingatkannya.
Adapun jujur adalah kunci kesuksesan seorang pengajar di dunia dan akhirat.Berdusta kepada siswa akan menjadi perintang dalam proses penyampaian ilmu dan menghilangkan kepercayaan. Efek dusta akan merambat kepada masyarakat, tidak terbatas pada pelakunya.
Selain itu seorang guru haruslah mempunyai akhlak, pemikiran dan tutur kata yang baik, serasi antara ucapan dan perbuatan karena sungguh hal tersebut akan lebih cepat diterima daripada sekedar perkataan (ajakan) belaka. Merupakan kebiasaan tercela yang dilakukan seseorang adalah yang ucapannya menyelisihi perbuatannya sebagaimana firman Allah :
    الصّف : ٣    (كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُون)
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Ash-Shaf : 3)
Kontradiksi ucapan dengan perbuatan menempatkan siswa dalam kebingungan dan menjadikannya tidak puas pada suatu keadaan. Maka wajib atas para pendidik untuk selalu takut kepada Allah, karena anak didik adalah amanat yang dipikulkan ke pundak mereka, maka hendaklah mereka berjuang keras dalam mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anak didik serta menyelaraskan antara ucapan dan tindakan nyata karena hal itu akan memperkokoh ilmu yang mereka ajarkan. Dan sesungguhnya dengan memilih jalan menjadi seorang pendidik berarti harus berupaya kepada diri sendiri untuk bisa dijadikan qudwah (teladan) bagi para muridnya.
Seorang pendidik  juga dituntut untuk bersikap adil, dan sikap ini akan lebih ditekankan  ketika mengoreksi dan memberikan nilai. Tidak ada tempat untuk mengasihi seorangpun atau mengutamakannya atas yang lain, baik dengan alasan kerabat atau perkara apapun, hal ini termasuk kedholiman yang dia dan pelakunya tidak diridhai Allah, bahkan diancam dengan siksaan. Pentingnya mewujudkan keadilan diantara siswa ini adalah untuk memasyarakatkan rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka.
Selayaknya pula para pendidik  berhias dengan akhlak mulia dan adab yang tinggi dan ini adalah merupakan media paling sukses dalam mengajar (bimbingan yang bersifat akali/ intelektualistik ) dan mendidik (proses pendewasaan kepribadian), dimana siswa pada umumnya akan terdorong dan berakhlak dengan akhlak gurunya dan lebih banyak menerima daripada yang lainnya.
Akhlak terpuji yang akan menambah kehormatan dan wibawa seorang pendidik adalah tawadhu’, dengan sikap ini maka akan hilang adanya jarak antara guru dan anak didiknya, dan disebabkan kedekatan siswa dengan gurunya tersebut siswa akan memperoleh ilmu dalam bentuk yang lebih baik. Pengaruh sikap tawadhu’ tidak terbatas pada guru, akan tetapi memantul kepada anak didik dan memberikan efek pada mereka secara positif . Kebalikan dari sikap tawadhu’ adalah takabur yang menjadi sebab jauhnya siswa dari gurunya serta berpaling dari menimba ilmu darinya.
Pendidik juga harus memiliki keberanian untuk mengakui sebuah kesalahan dan kekurangan manusiawi, yang hampir-hampir tidak ada seorangpun selamat darinya. Mengakui kesalahan tidak akan mengurangi wibawa pelaku kesalahan, bahkan merupakan kemuliaan baginya dan bukti atas sifat keberaniannya. Mengakui kesalahan artinya memperbaiki kesalahan, dan sebaliknya adalah meneruskan kesalahan dan bersikap sombong di dalamnya.
Adakalanya candaan seorang pendidik diperlukan di sela-sela pelajaran untuk menghilangkan rasa bosan dan jemu yang menyelimuti suasana kelas akibat tumpukan materi pelajaran yang disuguhkan, walaupun seorang guru memiliki bakat mahir dalam menyampaikan dan bagus dalam menyajikan, otak anak didik tetap saja memiliki kemampuan terbatas dalam menerima pelajaran yang disuguhkan. Candaan memiliki pengaruh positif  dalam mengakrabkan suasana belajar, namun demikian perlu diperhatikan untuk tidak memperbanyak canda, supaya tidak mengeluarkan proses belajar dari jalurnya dan faidah yang diharapkan darinya hilang. Banyak bercanda juga dapat menghilangkan wibawa dan harga diri, begitu juga candaan tidak boleh dilakukan kecuali dalam perkara yang benar, dan tidak menyakiti atau menghinakan salah satu anak didik di dalamnya.
Kesuksesan seorang guru dapat diukur manakala ia mampu menahan emosi dan menundukkannya, dimana dalam kondisi marah dan emosi meninggi orang akan kehilangan keseimbangan, dan pertimbangan serta kebijakan-kebijakannya terbalik, hingga hampir-hampir tidak bisa membedakan yang haq dan yang batil. Maka merupakan hal yang terpuji manakala seorang pendidik tidak marah kecuali ketika syariat-syariat Allah dilanggar. Namun demikian ini bukan indikasi kelemahannya terlebih jika guru yang bersangkutan mampu melakukan apa yang diinginkan.
Dan merupakan bencana besar ketika seorang guru biasa melontarkan perkataan keji (ejekan,laknat dan caci maki serta kata-kata kotor dan sia-sia). Sifat-sifat tercela ini efek negatifnya akan merambat kepada orang lain dan mempengaruhinya. Tidaklah akan muncul dari sikap ini kecuali permusuhan dan saling membenci. Maka tidaklah pantas seorang guru memiliki karakter demikian karena hal tersebut mencerminkan keburukan batin dan kerusakan niat.
Bukanlah merupakan celaan bagi seorang guru manakala ia dihadapkan pada suatu persoalan untuk bertanya dan berkonsultasi kepada orang yang lebih tahu darinya, dengan demikian dia mendapatkan kebenaran dan ini justru merupakan bukti keunggulan dan kemantapan akalnya. Adapun sifat  tinggi hati, sombong, dan besar diri sehingga tidak mau bertanya kepada yang lain, ataupun meminta pendapat dan merasa cukup dengan ilmu yang dimilikinya, justru akan menjauhkannya dari kebenaran.Maka seyogyanya seorang guru haruslah tetap melakukan konsultasi dengan orang lain yang dianggap lebih faqih (paham) dari dirinya, agar sama-sama dapat menyebarkan manfaat, menjaga kebaikan dan mengoreksi terhadap perilaku yang telah ia lakukan.
BAGIAN KEDUA
Pada pembahasan selanjutnya, seorang guru wajiblah mengetahui tugas dan kewajibannya sebagai pendidik. Jika saat ini banyak para siswa yang menyukai kekerasan, berpikiran negative melebihi batas usianya, serta melakukan berbagai macam tindakan asusila bahkan mengacu pada kriminalitas, maka tugas dan kewajiban gurulah yang harus memperbaiki keadaan pelajar pada saat ini dengan menanamkan akidah yang benar dan senantiasa berusaha memantapkan kualitas iman siswa pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut karena seorang guru dituntut untuk mendidik, tidak hanya menyampaikan materi pelajaran. Menanamkan aqidah dengan cara menyampaikan ilmu-ilmu yang lain selain ilmu syar’i adalah sarana yang sangat bermanfaat untuk mengokohkan ikatan muslim dengan agamanya pada setiap lini kehidupan, cara ini secara umum dapat menguatkan kualitas iman siswa sehingga melahirkan generasi yang kuat aqidahnya dan erat hubungannya dengan Rob-Nya. Memberikan nasehat adalah tuntutan syar’i sebelum menjadi tuntutan  pengajaran   dan pendidikan. Dari Tamim bin Aus ad-Dari radhiallahu ‘anhu  bahwa Rosulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda :
 الدِّينُ النَّصِيحةُ ، قُلْناَ : لِمَنْ يا رَسُولَ اللهِ ؟ قاَلَ : لِّلهِ ، وَلِكتابِهِ ، ولِرسولِهِ ، وَلأِ ئِمَّةِ المُسلِمينَ وَعاَمَّتِهِمْ  {رواه البخاري ومسلم}
“Agama adalah nasehat. Kami bertanya, “Untuk siapa wahai Rasulullah ?” Beliau menjawab, “ Untuk Allah, Kitab-Nya,Rasul-Nya, dan para pemimpin kaum muslimin serta kalangan umum mereka " (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Mengarahkan siswa dengan pengarahan yang benar, menuntunnya kepada sesuatu yang berguna baginya, meluruskankannya jika dia menyimpang dari jalan yang lurus, ini merupakan tugas dan kewajiban guru. Adapun memberikan nasehat secara empat mata adalah kebijakan yang baik karena nasehat akan lebih direspon dan diterima.
Sudah selayaknya seorang guru memiliki sifat kelembutan karena pada dasarnya jiwa manusia condong dan senang dengan  dengan sikap lembut, santun dan kata-kata yang baik, sebaliknya lari dari sikap keras dan kasar. Berlaku kasar terhadap siswa dapat membahayakan, misalnya melampaui batas dalam ta’lim, terlebih pada usia dini. Barangsiapa yang terdidik dalam lingkungan keras dan anarkis, ia akan selalu dibayang-bayangi perasaan terpaksa, tidak bergairah, memiliki sifat malas, mendorongnya suka berdusta dan tampil berbeda dengan apa yang ada pada dirinya disebabkan rasa takut terhadap tindakan-tindakan kasar yang menimpanya serta mendorongnya untuk berbuat makar dan tipu daya. Namun terkadang sikap tegas diperlukan manakala siswa membuat kesalahan yang tidak bisa ditolerir, maka guru harus mengingkari kesalahan tersebut kemudian berusaha memperbaiki dan membantu siswa kembali kepada kebenaran. Adapun untuk kesalahan yang disebabkan karena kebodohan, maka sikap lembut akan lebih mudah meresap pada anak didik.
Apabila siswa melakukan kesalahan dengan sengaja dalam kedaan dia  mengetahuinya, maka guru berhak untuk berijtihad dalam menciptakan cara yang paling tepat dalam menangani dan meluruskan pelaku kesalahan. Kepiawaian guru terletak pada metode dalam membenahi kesalahan tanpa menyebut langsung nama orang yang bersalah, walaupun pelaku kesalahan tersebut diketahui oleh sebagian orang. Adapun menjelaskan kesalahan tidaklah bertujuan untuk menjelekkan pelakunya, melainkan sebagai peringatan dan penjelasan terhadap siswa agar tidak terjerumus kepada perilaku dan ucapan yang buruk.
Keputusan guru dengan memberikan sangsi pada saat mengajar terkadang diperlukan, namun hendaknya bijaksana dan bertahap sesuai dengan kadar kesalahan siswa misalnya diawali dengan nasehat dan arahan, muka masam, bentakan, berpaling, kecaman, menyuruh siswa berdiri, membebani dengan tugas, menggantung cambuk, atau tingkatan yang terakhir dengan pukulan ringan dengan menghindari daerah wajah. Tujuan memukul adalah untuk mendidik bukan untuk melampiaskan amarah. Seyogyanya dalam membenahi kesalahan dilakukan secara bertahap dan tidak langsung menggunakan pukulan kecuali dalam kondisi yang melampaui batas kewajaran.
Selain sangsi dan hukuman, guru juga perlu memberikan penghargaan terhadap siswa atas suatu keberhasilan. Bentuk penghargaan sangat bervariasi, namun tujuannya sama yaitu memberikan pengaruh positif dan adanya maslahat dalam pelaksanaannya, misalnya penghargaan dalam bentuk materi, bentuk doa, ataupun dalam bentuk sanjungan dan pujian. Penghargaan memiliki pengaruh besar dalam memotivasi siswa untuk menuntut ilmu. Pemberian penghargaan hanyalah sebagai sarana dan bukan sebagai tujuan dalam belajar.
Salah satu langkah guru untuk menjalin keakraban, saling menyayangi dan merupakan salah satu faktor meraih ampunan serta memperbanyak amal kebajikan   dengan siswanya  adalah dengan memberi salam. Jika cinta antara guru dan siswa telah terjalin, maka ini adalah sinyal positif  akan diterimanya ilmu yang ditebarkan guru tersebut, karena jiwa secara tabiat akan condong kepada sesuatu yang disukai dan disenanginya.
BAGIAN KETIGA
Pada bagian terakhir buku ini, pembahasan lebih mengarah kepada aplikasi karena berkaitan dengan sistem dan metode yang digunakan saat mengajar. Metode yang dianjurkan dan telah terbukti efektif dalam pengaplikasiannya berupa:
1.      Metode Penjagaan kontak (dengan intensif secara berkala memperhatikan pendengaran dan penglihatan antara guru dan siswa). Metode ini dapat berupa:
a.     Metode Istinshath, yaitu meminta siswa untuk diam dan menyimak dengan seksama.
b.    Metode panggilan dan sapaan (sistem langsung)
c.     Metode memotivasi untuk mendengar dan menyimak dengan seksama (sistem tidak langsung).
Adapun dalam melakukan kontak dengan siswa, seorang guru dapat membuat variasi dan tehnik mengajar, antara lain :
                         I.   KONTAK PENDENGARAN
a.       metode ceramah, dalam hal ini guru harus memperhatikan tujuan dalam berbicara, mengatur jeda antar kata,tidak terlalu cepat ataupan sebaliknya terlalu lambat.
b.      tidak tasyadduq (ngalor-ngidul) dalam ucapan dan tidak memaksakan juga untuk bersajak.
c.       mengangkat suara atau merubah intonasi, terkadang ini menjadi tehnik yang bagus untuk menarik perhatian pendengar.
d.      guru hendaknya konsisten dan terus-menerus dalam menyampaikan materi dan tidak memutus penjelasan karena hal tersebut dapat mengganggu konsentrasi siswa.
e.       diam sejenak untuk memberi kesempatan siswa merespon pelajaran, jika difahami dengan baik maka dilanjut, jika siswa menunjukkan ekspresi bingung maka perlu guru perlu mengulang kembali.
                      II.   KONTAK PANDANGAN
a.       menggunakan ekspresi wajah dalam mengajar akan membantu guru dalam mewujudkan tujuan-tujuanya.
b.      menggunakan kotak pandangan antara guru siswa, seyogyanya  bagi guru  dapat mempertahankan para siswanya tetap dalam pengawasannya, melalui kontak pandanganya seorang guru dapat memperhatikan  yang malas kemudian mengingatkannya, dan hendaknya mengarahkan pandangannya ke segenap siswanya, sehingga masing-masing meyakini bahwa dialah yang dimaksudkan dalam pembicaraan
2.      Metode praktik (Peragaan) yang mempunyai dampak besar dalam ingatan murid.
Menggabungkan antara teori dan sistem praktek dalam aktivitas belajar mengajar merupakan sarana yang efektif dalam pengajaran. Mengulang-ulang pelajaran dan mempraktekannya adalah faktor kuat dalam menghafal ilmu pengetahuan dan menjaganya dari kelupaan.
3.      Menyajikan materi pelajaran dengan metode yang sesuai dengan tingkat kecerdasan dan pemahaman siswa.Dengan adanya perbedaan kemampuan berfikir dan daya paham siswa tersebut, maka kecerdasan dan kepiawaian guru terletak pada kemampuannya menyampaikan pelajaran kepada siswa dan bukan terletak pada banyaknya dalil dan nash yang dia sampaikan. Membebani siswa dengan sesuatu materi dan permasalahan diluar kemampuannya maka hal ini tidaklah menambah kecuali kebingungan
4.      Metode dialog dan pendekatan logika sebagai pengantar pemahaman ilmu agar lebih mudah dicerna.Terkadang ada diantara siswa yang tidak puas dengan sebagian kaidah dan asas  yang distilahkan ulama’ kecuali jika tampak baginya sisi hikmah tersebut, dan diantara mereka juga ada yang tidak memperoleh pemahaman yang sempurna kecuali setelah permasalahan tersebut diformat dan disajikan kepadanya dengan metode dialog dan pendekatan logika, maka seorang guru perlu mencermati kondisi siswa, apakah dia termasuk orang yang terkesan dengan dalil atau tidak. Penggunaan metode pendekatan logika diharapkan menjadi sarana yang membantu sampainya pelajaran seperti yang dikehendaki guru.
5.      Metode lewat kisah yang mengajarkan pentingnya hikmah dan perkembangan imajinasi murid.Kisah memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menarik perhatian jiwa dan memfokuskan indra sepenuhnya kepada orang yang berkisah, sehingga kisah tidak sekedar menjadi hiburan melainkan sebagi media untuk menyampaikan nasehat, ibrah dan sarana jitu dalam proses pengajaran, namun demikian hendaknya seorang guru tidak hanya terobsesi untuk menjadi pembawa kisah saja, tetapi juga harus mampu menjelaskan titik-titik ibrah dari kisah tersebut, menjelaskan pelajaran yang bisa dipetik, memaparkan hukum-hukum yang ada di dalamnya.
6.      Metode permisalan sebagai penyampaian yang tepat dan efektif.Seorang guru kadang dihadapkan pada sebagian kesulitan untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa, maka guru membutuhkan sarana lain yang membantunya memecahkan permasalahan yaitu dengan penggambaran, permisalan  yang menyebabkan sesuatu menjadi jelas sehingga siswa mampu mempelajari sesuatu yang sulit terasa lebih mudah.

وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ {سُوْرَةُ إبْرَاهِيْمَ : ٢٥}

     “Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran “
7.      Metode dengan membangkitkan rasa penasaran.
Ini adalah suatu metode untuk membangkitkan semangat dan mengompori jiwa, karena jiwa manusia selalu merasa penasaran dan terpancing untuk mengetahui sesuatu yang baru.
8.      Metode menggunakan Isyarat (gerakan tangan dan kepala) yang menjadikan pembelajaran lebih efektif.Isyarat dapat membantu guru untuk menyingkat, atau memberi penekanan pada ucapan, atau menguatkan sebagian dari perkara-perkara yang penting, atau menarik perhatian pendengar, atau membantu guru mengungkapkan sebagian makna yang kadang tidak mungkin diucapkan oleh lisan. Beberapa isyarat sudah diketahui oleh khalayak berdasarkan adat kebiasaan, seperti isyarat untuk meminta diam, isyarat untuk datang ataupun pergi. Berlebihan dalam penggunaan isyarat akan mengganggu siswa sebaliknya menonaktifkan sarana ini akan menghilangkan sebagian sarana yang dapat membantu guru menerangkan sebagian materi yang harus dijelaskan.
9.      Menggunakan gambar
Menggabungkan antara gambar dan tulisan dengan metode ceramah dapat membantu dalam proses pembelajaran yang lebih mudah dan cepat. Tulisan dan gambar haruslah jelas, dapat dilihat oleh semua siswa dan tidak ada sekat yang menghalangi penglihatan siswa kepadanya.
10.  Menerangkan masalah-masalah yang penting menggunakan metode penafsiran.
Penafsiran akan mengurai rumus masalah-masalah yang rumit, memasukkan perasaan lega ke dalam hati dan memberikan rasa tenang,disamping itu materi akan lebih tertancap dalam ingatan, dan terhindar dari kelupaan, karena menghafal sesuatu yang diketahui alasan dan sebabnya akan lebih mudah dibanding sesuatu yang tidak diketahui alasan dan sebabnya.
11.  Memberi ruang kesempatan kepada murid untuk mencari jawaban
Metode ini dapat mengasah otak dan indra serta menjadikannya mencari dengan aktif jawaban yang diinginkan, yang pada dasarnya mengindikasikan kemajuan dan wawasan  yang akan menambah perbendaharaan siswa. Metode ini menuntut kecerdasan dari guru dan kepandaiannya dalam memilih masalah-masalah yang akan dilontarkan  dengan memperhatikan kesederhanaan dan kemudahan di dalamnya. Adakalanya permasalahan yang dilontarkan mengharuskan jawaban dari siswa dan adakalanya tidak. Semakin mudah masalah yang dilontarkan dapat diterima otak, hal itu akan lebih cepat mencapai tujuan.
12.  Menanamkan pentingnya repeating (pengulangan) dan menyampaikan.
Menggunakan metode pengulangan memiliki banyak faedah, diantaranya dapat memberikan penekanan terhadap permasalahan ataupun suatu hukum yang penting. Pengulangan adakalanya terjadi pada kalimat, nama, ataupun selain keduanya. Mengulang nama, menjadikan orang yang dipanggil siap untuk menerima berita. Pengulangan tiga kali adalah batas puncak memperoleh keterangan, akan tetapi terkadang bisa ditambah sesuai dengan kebutuhan.
13.  Menggunakan metode klarifikasi dalam mengajar
Dalam metode ini, guru terlebih dahulu mempelajari materi yang akan disampaikan kepada siswa kemudian mengklarifikasikannya menjadi beberapa bagian atau point tertentu. Metode ini akan menjadikan siswa mengusai pembahasan dari semua sisi dan sudutnya, serta menjadikannya mampu menghafal pelajaran dan menguasainya dengan cepat, misalnya jika seorang siswa lupa sebagian pelajaran kemudian ingat klarifikasi gurunya jumlahnya sekian-sekian, hal itu akan membantunya untuk mengembalikan ingatannya pada pelajaran yang hilang. Disarankan ketika menggunakan metode ini, agar terlebih dahulu menyebutkan secara global, baru kemudian menyebutkan perinciannya.
14.  Menggunakan metode tanya jawab pada saat mengajar.
Metode pertanyaan adalah metode yang sangat efektif untuk menarik perhatian siswa dan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran yang disampaikan kepadanya agar lebih berkesan. Hendaknya guru melontarkan pertanyaan kepada para siswanya secara global/umum dan memberikan waktu yang cukup untuk menghadirkan jawaban, kemudian baru menentukan siapa yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Seyogyanya guru tidak menunjuk siswa tertentu sebelum melontarkan pertanyaan, karena hal tersebut akan menghilangkan keikutsertaan mereka untuk berfikir dan mencukupkan diri dengan jawaban teman yang telah ditunjuk oleh guru. Namun adakalanya guru juga perlu menunjuk siswa tertentu sebelum melontarkan pertanyaan berdasarkan kondisi-kondisi tertentu, seperti ketika guru hendak mengetahui kemampuan siswa dengan cepat, atau mengingatkaan  siswa dari kelalaian atau tidur, akan tetapi tidak menjadikan cara ini sebagai kebiasaannya. Terkadang pertanyaan bisa dilontarkan di awal pelajaran,atau di tengah pelajaran sesuai  tuntutan kebutuhan dengan tujuan membuat siswa selalu konsentrasi, fokus dan termotivasi untuk tetap berfikir.
15.  Melontarkan pertanyaan ilmiah yang masih samar untuk menguji kemampuan otak siswa.
Melontarkan beberapa permasalahan untuk menguji siswa memiliki faidah yang besar dalam mengembangkan dan memantapkan pemahaman. Metode paling efektif untuk memfungsikannya adalah guru melontarkan masalah secara kolektif,dan memberikan sedikit waktu kepada para siswa untuk memikirkan jawaban masalah tersebut. Hendaknya guru selektif dalam memilih soal, demikian juga guru dapat memperkenankan diskusi dan mengajukan pendapat diantara para siswa, sehingga mereka termotivasi untuk menemukan jawaban yang paling tepat dan benar. Adapun jika para siswa tidak mampu menemukan jawaban yang benar, maka guru harus menjelaskan jawabannya.
16.  Guru memotivasi siswanya untuk mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan dapat menghilangkan banyak kesalahan dan kekeliruan yang kadang-kadang siswa terjatuh di dalamnya. Bertanya akan mampu menyingkap kejahilan dan meluruskan makna serta pemahaman siswa. Namun demikian guru diperkenankan menolak pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan menampakkan kelemahan guru, mengolok ataupun mengecam, dan guru perlu menegur pelakunya
17.  Mempresentasikan pertanyaan dan menentukan jawaban yang sesuai dengan kondisinya.
Seyogyanya seorang guru dituntut untuk memberikan jawaban lebih dari sekedar apa yang ditanyakan siswanya untuk memperjelas beberapa permasalahaan yang berkaitan dengan pertanyaan tersebut, hal tersebut akan menjadi sangat berarti manakala penanya adalah siswa yang lemah akalnya.
18.  Memberikan penilaian terhadap jawaban siswa untuk mengukur seberapa bagus hasil pemikirannya.
Hendaknya seorang guru memberikan penilaian terhadap jawaban setiap siswa, sehingga siswa dapat mengambil manfaat melalui koreksi gurunya, begitu pula siswa lain dapat mengambil manfaat dengan mengetahui jawaban yang benar dari yang salah. Guru hendaknya juga cermat dan teliti dalam membenarkan dan menyalahkan , tidak terburu-buru menyalahkan siswa secara total, karena bisa jadi di dalam jawabannya terdapat sesuatu yang benar, namun perlu juga mengukuhkan yang benar dan menjelaskan yang salah. Guru perlu memilih kata-kata yang bijak ketika menyalahkan, sehingga siswa tetap termotivasi untuk belajar bukan karena takut dengan ketajaman lidah gurunya.
19.  Ucapan guru “saya tidak tahu” terhadap masalah yang tidak diketahuinya adalah bagian dari ilmu.
Perasaan seorang guru malu dan tidak enak untuk mengatakan “saya tidak tahu” bukan sebab yang bisa diterima untuk menyampaikan pengetahuan yang salah kepada muridnya, karena ketidaktahuan guru tidak semuanya merupakan aib ataupun kekurangan bagi guru.  Adapun orang yang berbicara tanpa dasar ilmu selamanya tercela dalam Kitab Alloh dan melalui lisan Rosul-Nya. Hendaknya guru menanamkan prinsip ini kepada anak didiknya dan terus menerus menekankannya.
D.   KELEBIHAN BUKU
Dalam buku ini, kita bisa mendapatkan metodologi pendidikan yang penuh teladan, selamat, dan lurus yang diambil dari contoh-contoh sikap dan tindakan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam mendidik para sahabat Radhiallahu ‘anhuma. Semua pendapat yang dicetuskan oleh pengarang selalu disertai dalil-dalil yang tsiqoh dan dapat dipertanggungjawabkan. Pengarang juga menyertakan contoh-contoh riil permasalahan yang terkadang ditemui dalam proses pembelajaran berikut solusinya. Bagi para pendidik ataupun calon pendidik buku ini sangat layak bahkan harus dijadikan sebagai bekal sebelum masuk kelas menghadapi para siswanya. Secara fisik, buku ini juga menarik, kertas sampul yang tebal dengan tulisan judul yang dibuat timbul, memberi kesan buku ini tampak mahal dan elegan, meskipun dari sisi harga ternyata sangat terjangkau oleh khalayak.,
E.    KEKURANGAN BUKU
Buku yang aslinya merupakan terjemahan dari kitab berbahasa Arab  berjudul   “ Qudwatun li kulli mu’alimin wa mu’alimatin “ karya  Fu’ad bin Abdul Aziz asy-Syajhub ini  kurang bagus dari sisi penterjemahannya, sehingga pembaca sering harus membacanya ulang untuk dapat memahaminya dengan baik. Penerjemah juga kurang memperhatikan ejaan yang disempurnakan dengan baik, dan sering terjadi pengulangan kata yang sama dalam satu kalimat sehingga membuat kalimat kurang indah dari sisi bahasa.
F.   KESIMPULAN
Buku berjudul “ Beginilah seharusnya menjadi guru” ini  penuh dengan metode-metode pengajaran Islam yang mulia. Seorang guru tidak hanya dituntut meguasai materi yang akan diajarkan, tetapi  juga harus memperhatikan strategi penyampaian materi tersebut, kondisi para siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Komponen-komponen tersebut ada dalam buku ini.
G.   SARAN
Buku ini sebetulnya sangat penting dalam dunia pendidikan dan sudah selayaknya setiap pendidik, calon pendidik, akademisi, bahkan  orang tua khususnya ibu (sebagai sekolah pertama bagi anank-anaknya) harus membaca buku ini. Namun untuk lebih memudahkan pemahaman bagi pembaca, kiranya perlu dibenahi kembali ejaan dan tata bahasanya sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.


الحَمْدُ لِلَّهِ ربِّ العَالَمِيْنَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar