Kamis, 25 Desember 2014

MAKALAH BERLOMBA-LOMBA DALAM KEBAIKAN





MAKALAH
MEMAHAMI AYAT-AYAT AL QUR’AN TENTANG KOMPETISI DALAM KEBAIKAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Materi Pendidikan Agama Islam


DISUSUN OLEH :
ENDANG SUPRIHATIN

DOSEN :
Desy Aniqotsunainy,S.Sos,S.PdI,MPd

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID SYUHADA (STAIMS) YOGYAKARTA
2014
 
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhaanahu wata’aala, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad Shalallahi ‘alaihi wa sallam atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Memahami Ayat-Ayat Al Qur’an Tentang Kompetisi dalam Kebaikan” dalam rangka memenuhi tugas  mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

                                                                                                      Penyusun





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR ISI.........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A.    LATAR BELAKANG MASALAH..........................................................
B.     RUMUSAN MASALAH..........................................................................
1
1
1
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................
A.    PENGERTIAN BERKOMPETISI...........................................................
B.     PENGERTIAN KEBAIKAN...................................................................
C.     LAFAL , ARTI  DAN KANDUNGAN AYAT-AYAT  TENTANG KOMPETISI DALAM KEBAIKAN.......................................................
1.      Surat Al Baqarah : 148........................................................................
2.      Surat Al Fathir : 32..............................................................................
D.    PENJELASAN MAKNA SECARA UMUM AYAT-AYAT TENTANG KOMPETISI DALAM KEBAIKAN ................................
3
3
3

4
4
8

12
BAB III PENUTUP..............................................................................................
18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
19




 
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya yang diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita gunakan untuk ketaatan kepada Allah,dan berkompetisi dalam meraih kebaikan untuk kehidupan yang akan datang dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar dan sebagainya.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1.          Apa pengertian dari berkompetisi?
2.           Apa pengertian kebaikan?
3.          Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148  untuk berkompetisi ?
4.          Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al- Faathir : 32  untuk berkompetisi ?
5.          Apa faedah berkompetisi dalam urusan akhirat ?




BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN BERKOMPETISI

Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.

B.     PENGERTIAN KEBAIKAN

Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia
C.      LAFAL , ARTI  DAN KANDUNGAN AYAT-AYAT  TENTANG KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
1.      Surat Al-Baqarah : 148
1)      Lafal dan Arti              
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُواْ يَأْتِ بِكُمُ اللّهُ جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ﴿١٤٨﴾
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
2)      Arti  kata dan Identifikasi tajwid
1)      Arti kata
No
Lafadz
Arti
1.
وَلِكُلِّ
Dan bagi tiap tiap ( umat )
2.
وِّجْهَةُ
Kiblat
3.
هُوَ
Ia
4.
مُوَلِيْهَا
Menghadap kepadanya
5.
فَاسْتَبِقُوا
Maka berlomba – lombalah kamu
6.
الْخَيْرَتِ
Kepada kebaikan
7.
اَيْنَ مَا
Dimana saja
8.
تَكُوْنُوْ
Kamu berada
9.
يَأْتِ
Menghadapkan / mengumpulkan
10.
بِكُمُ اللهُ
Dengan  / padamu Allah
11.
جَمِيْعًا
Semua / sekalian
12.
اِنَّ اللهَ
Sesungguhnya Allah
13.
عَلَى كُلِّ
Atas segala
14.
شَيْئٍ
Ssuatu
15.
قَدِ يْرٌ
Maha kuasa
2)      Penerapan hukum tajwid
            No
Lafal
Bacaan
Cara Membaca
Sebab
1.
وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ
Idghom bighunnah
Walikulliw wijhatun (suara nun tanwin masuk  kesuara wau dengan dengung ditahan kira kira dua ketukan  )
Ada tanwin kasrah pada huruf lam ber temu dengan huruf wau
2.
وِجْهَةٌ هُوَ
Idhar halqi
Wijhatun hua
( dibaca jelas dengan satu ketukan )
Ada tanwin dlomah   pada huruf ta ber- temu dengan huruf ha  
3.
مُوَلِّيْهَا
Mad tabi'i
Muwalliihaa
( dibaca panjang 2 ke tukan baik wasal maupun waqaf )
Ada ya sukun didahului haro- kat kasroh dan  alif di dahului harakat fathah
4.
اَلْخَيْرَتِ
-mad layin

- idhar qamariyah
Al khairat
(dibacalunak)

Alkhairat (dibaca jelas)
Ada yak sukun didahu lui harakat fathah
Alif lam ber- temu dengan  huruf kho atau huruf qamariah yang harus dibaca jelas
5.
تَكُوْنُوْا
Mad tabi 'i
Takuu nuu
( dibaca panjang dua ketukan baik wasal / waqaf
Ada wau sukun dida hului harakat dlomah
6.
بِكُمُ اللهُ
Lam tafkhim
Bikumullahu ( lam pada lafal Allah bibaca tebal )
Lafal jalalah didahului harakat dlomah
7.
جَمِيْعًا
Mad iwad
Jami 'aa ( dibaca panjang dua ketukan )
Ada fathah tanwin  ber- temu dengan  waqaf
3)      Kandungan Isi
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah dalam shalat. Alloh subhaanahu wa ta’aal memberikan ketentuan bagi setiap umat manusia dalam beribadah kepada-Nya dengan menunjuk arah kiblat yang telah ditentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap perintah Alloh, tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan atas segala alam perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari pembalasan. Allah subhaanahu wa ta’aala akan dapat menilai dan melihat hamba-hamba-Nya yang patuh dan taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang melanggar dan meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan Allah akan membalasnya dengan  pahala dan surga, adapun manusia yang lalai dan meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah neraka yang apinya selalu menyala-nyala.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang tinggi. Perbuatan baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil dan setimpal. Tidak ada satupun manusia di hari kiamat yang dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah subhaanahu wa ta’aala.
4)      Gambaran Surat Al Baqarah : 148
a)      Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka;bah, umat Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)
b)      Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk berfastabaqul khairat
c)      Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri / orang lain )
d)     Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati – hati setiap melakukan sesuatu
5)      Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148
a)      Bersikap jujur
b)      Mencintai kebaikan
c)      Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan akherat
d)     Tetap berpegang teguh terhadap  keyakinan dalam beragama islam
e)      berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan akan dimintai pertanggung jawaban  )
f)       setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas ( yaitu mencari ridlo Allah)
g)      banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak sekali .
2.      Surat Al –Faathir : 32
1)      Lafal dan Arti
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ وَمِنْهُم مُّقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ﴿فَاطر:٣٢)
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar
2)      Arti kata dan identifikasi Tajwid
No
Lafadz
Arti
1.
ثُمَّ
Kemudian 
2.
اَوْرَثْنَا
Kami wariskan
3.
الْكِتَبَ
Kitab 
4.
الَّذِيْنَ
Orang – orang yang
5.
اصْطَفَيْنَا
Kami pilih
6.
مِنْ عِبَادِنَا
Diantara hamba – hamba kami
7.
فَمِنْهُمْ
Maka diantara mereka                
8.
ظَالِمٌ
Zalim / aniaya
9.
لِنَفْسِهِ
Pada dirinya sendiri
10.
وَمِنْهُمْ
Dan diantara mereka 
11.
مُقْتَصِدٌ
Pertengahan
12
وَمِنْهُمْ
Dan diantara mereka
13
سَابِقٌ
Mendahului
14
بِالْخَيْرَتِ
Dengan berbuat kebaikan
16
بِاِذْنِ اللهِ
Dengan izin Allah
17
ذَلِكَ
Demikian itu
18
هُوَ
Ia / adalah
19
الْفَضْلُ
Karunia
20
الْكَبِيْرُ
Yang besar

3)      Penerapan hukum tajwid dalam surat Fathir ayat 32

No
Lafal
Bacaan
Cara Membaca
Sebab
1
اَلْكِتَبَ
Alif lam qamariyah
Al kitaba
 ( lam takrif dibaca jelas dan terang )
Ada lam takrif  bertemu deng-an huruf kaf 
2
مِنْ عِبَادِناَ
Idhar halqi
Min 'ibadina
 ( nun sukun dibaca jelas dengan satu ketukan )
Ada nun su- bertemu de- ngan huruf  'ain
3
فَمِنْهُمْ
Mad tabi'i
Faminhum
( nun sukun dibaca jelas dengan satu ketukan  )
Ada nun su- kun bertemu dengan huruf ha
4
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ
Idhar syafawi
Faninhum dlolimun
( mim di baca jelas dengan merapatkan   bibir satu ketukan )
Ada mim su- kun bertemu  dengan huruf dho
5
ظَالِمٌ لِّنَفْسِهِ
Idghom bilaghu
nah
Dholimul linafsihi
( suara tanwin masuk / lebur pada suara lam tanpa dengung )
Ada tanwin dlomah pada huruf mim bertemu de- ngan huruf lam 
6
وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ
Idghom mimi
Waminhumm muqta- sidun
( suara mim sukun masuk ke suara mim ber- harakat dihadapannya mendengung yang keluar dari pangkal hidung tiga ketukan )
Ada mim sukun berte mu dengan huruf mim 
7
سَابِقٌ باِلْخَيْرَتِ

Saabiqumbil khairat
 ( suara  tanwin menjadi mim tatkala menghadapi huruf ba /sengau   keluar dari pangkal hidung )
Ada  tanwin dlomah   ber-    temu dengan huruf ba   

4)            Kandungan isi
Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang berisikan 45 ayat. Tergolong surat makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang tingkatan-tingkatan seorang muslim dalam mengamalkan kitab (Al Qur’an). Di ayat ini disebutkan tiga golongan yang menerima kitab.
Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke dalam tiga derajat kedudukan manusia yaitu :
a)      Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah, dengan meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya. Mereka yang menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan lebih banyak kejahatannya
b)      Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya Orang yang semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang seimbang. Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah.
c)      Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan amalan-amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi perkara-perkara yang syubhat dan ragu-ragu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka yang beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah berbuat kebaikan. Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak didasari dengan iman (bukan karena Allah) tidak dapat memberikan pahala kepada kita walaupun sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan mendapat nilai di sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan sebagai berikut:
1.      orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima amalannya
2.       orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
3.      amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
4.      orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
5.      orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
6.      orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di dunia saja.
5)   Gambaran Surat Al-Faathir : 32
a)      Allah  mewariskan Al Qur ‘an kepada hamba – hambanya yang terpilih
b)      Dalam Al Qur ‘an Allah  menggolongkan   hamba hamba Nya ( terkait dengan  Al  Qur 'an sebagai pegangan hidup)  yaitu

ظَا لِمٌ لِّنَفْسِهِ       
artinya dlolim terhadap dirinya sendiri
مُقْتَصِدٌ
artinya orang yang seimbang
                           
c)      antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini  akan ditempatkan di  “A’raf “ yaitu tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang Allah mereka akan dimasukkan ke surga ) 
d)         -    سَا بِقٌ بِالْخَيْرَا ت  :  artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan
e)      Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah golongan yang akan mendapat keberuntungan  ( yaitu surga 'adn )
6)  Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32
a)      Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur ‘an sebagai pegangan hidup
b)      Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an
c)      Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat , serta  cepat – cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh
d)     Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )
e)      Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)
f)       Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan

D.    PENJELASAN MAKNA SECARA UMUM AYAT-AYAT TENTANG KOMPETISI DALAM KEBAIKAN
Berlomba dalam menggapai dunia bukan hal yang asing lagi di tengah kita. Untuk masuk perguruan tinggi terkemuka, kita dapat menyaksikan sendiri bagaimana setiap orang ingin dapat yang terdepan. Cita-citanya bagaimana bisa mendapat penghidupan yang bahagia kelak. Namun amat jarang kita perhatikan orang-orang berlomba dalam hal akhirat. Sedikit orang yang mendapat rahmat Allah yang mungkin sadar akan hal ini. Kalau kita perhatikan bagaimana orang-orang lebih senang menghafal berbagai tembangan ‘nyanyian’ daripada menghafalkan Al Qur’an Al Karim. Bahkan lebih senang menjadi nomor satu dalam hal tembangan, lagu apa saja yang dihafal, daripada menjadi nomor satu dalam menghafalkan Kalamullah. Di dalam shalat jama’ah pun, kita dapat saksikan sendiri bagaimana ada yang sampai menyerahkan shaf terdepan pada orang lain. Akhirat diberikan pada orang lain(?). Padahal shaf terdepan adalah shaf utama dibanding yang di belakangnya bagi kaum pria. Demikianlah karena tidak paham dalam hal menjadi nomor satu dalam kebaikan akhirat sehingga rela jadi yang terbelakang.Ayat yang patut direnungkan bersama pada kesempatan kali ini adalah firman Allah Ta’ala,
سَابِقُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Rabbmu dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS. Al Hadiid: 21)
Ada beberapa faedah yang bisa kita petik dari ayat di atas.
1.   Faedah pertama.
Dalam ayat ini begitu jelas bahwa Allah memerintahkan berlomba-lomba untuk meraih ampunan dan surga-Nya. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Berlombalah menjadi yang terdepan dalam beramal sholih yang menyebabkan datangnya ampunan dari Rabb kalian, serta bertaubatlah atas maksiat yang kalian perbuat.”[1] Syaikh As Sa’di rahimahullah mengatakan, “Allah memerintahkan untuk berlomba-lomba dalam meraih ampunan Allah, ridho-Nya, dan surga-Nya. Ini semua bisa diraih jika seseorang melakukan sebab untuk mendapatkan ampunan dengan melakukan taubat yang tulus, istighfar yang manfaat, menjauh dari dosa dan jalan-jalannya. Sedangkan berlomba untuk meraih ridho Allah dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan semangat menggapai ridho Allah selamanya (bukan sesaat). Bentuh dari menggapai ridho Allah tadi adalah dengan berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Khaliq dan berbuat ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi.”[2]
2.  Faedah kedua.
Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk menjadi yang terdepan. Inilah yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ
Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُونَ
Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin: 26). Artinya, untuk meraih berbagai nikmat di surga, seharusnya setiap berlomba-lomba.Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan, “Para sahabat memahami bahwa mereka harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan di surga. Mereka berusaha menjadi terdepan untuk menggapai derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu, jika di antara mereka melihat orang lain mendahului mereka dalam beramal, mereka pun bersedih karena telah kalah dalam hal itu. Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang terdepan.”[3] Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat orang lain mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat.”Wuhaib bin Al Ward rahimahullah mengatakan, “Jika engkau mampu tidak ada yang bisa mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah.”Sebagian salaf mengatakan, “Jika engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah darimu, seharusnya engkau bersedih karena telah kalah dalam hal ini.”[4]
3.  Faedah ketiga.
Bagaimanakah luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السماء والأرض
Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi”. Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Jika lebar surga saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah lagi  dengan panjangnya.”[5] Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang mengetahui hal ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar dibanding akhirat. Padahal jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia. Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِى الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.”[6] Seharusnya kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.
4.  Faedah keempat.
Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Iman yang dimaksud di sini mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman yang di luar pokok agama (furu’).[7] Dari sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang wajib diimani. Namun pada perkara yang di luar pokok agama jika telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula diimani. Contohnya, kita punya kewajiban beriman pada hari akhir secara umum. Namun jika datang ilmu mengenai perinciannya seperti di antara tanda datangnya kiamat adalah munculnya Dajjal, maka ini juga patut diimani.
5.  Faedah kelima
Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat Allah.[8] Sebagaimana pula disebutkan dalam hadits,
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَقُولُ « لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ » . قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لاَ ، وَلاَ أَنَا إِلاَّ أَنْ يَتَغَمَّدَنِى اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.”[9]
Sedangkan firman Allah Ta’ala,
وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا كَعَرْضِ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أُعِدَّتْ لِلَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ
“Surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya”. Mungkin ayat ini dapat dipahami bahwa seseorang memasuki surga karena amalannya yaitu beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Bagaimana mengkompromikannya?.Ada beberapa penjelasan para ulama mengenai hal ini:
1.      Yang dimaksud seseorang tidak masuk surga dengan amalnya adalah peniadaan masuk surga karena amalan.
2.      Amalan itu sendiri tidak bisa memasukkan orang ke dalam surga. Kalau bukan karena karunia dan rahmat Allah, tentu tidak akan bisa memasukinya. Bahkan adanya amalan juga karena sebab rahmat Allah bagi hamba-Nya.
3.      Amalan hanyalah sebab tingginya derajat seseorang di surga, namun bukan sebab seseorang masuk ke dalam surga.
4.      Amalan yang dilakukan hamba sama sekali tidak bisa mengganti surga yang Allah beri. Itulah yang dimaksud, seseorang tidak memasuki surga dengan amalannya. Maksudnya ia tidak bisa ganti surga dengan amalannya. Sedangkan yang memasukkan seseorang ke dalam surga hanyalah rahmat dan karunia Allah.[10]
6.     Faedah keenam.
Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta’ala. Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Seorang hamba dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang mungkin dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat memberi apa yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di tangan-Nya. Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir.”[11]

BAB III
PENUTUP
Berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah  ternyata bukanlah hal yang mustahil dan aneh bagi orang-orang yang telah merasakan manisnya iman. Bahkan ini merupakan bentuk rahmat yang agung dan taufik dari Allah  yang memudahkan mereka untuk merasakan indahnya ‘surga dunia yang hakiki’, agar mereka semakin termotivasi dan bersemangat mengejar tingginya kenikmatan surga di akhirat nanti.
Imam ibnul Qayyim berkata: “Maha suci (Allah ) yang memperlihatkan kepada hamba-hamba-Nya (yang shaleh) surga-Nya (di dunia) sebelum (mereka) bertemu dengan-Nya (di akhirat kelak), dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu surga-Nya di negeri (tempat) beramal (dunia), sehingga mereka bisa merasakan kesejukan dan keharumannya, yang itu (semua) menjadikan mereka (termotivasi untuk) mencurahkan (semua) kemampuan mereka untuk meraihnya dan berlomba-lomba mendapatkannya”[12]


DAFTAR PUSTAKA

Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Salim bin ‘Ied Al Hilali, Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, 1430 H, 3
Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir
Ma’alimut Tanzil, Al Baghowi, Dar Thoyyibah, cetakan keempat, 1417 H, 8
Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H
Taisirul ‘Alam wa tafshiril  Karimir- Rahman
Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika. (online). Diakses pada tanggal 6 November 2014 .pada pukul 09.27 WIB.
Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses Pada tanggal 6 November 2014 pada pukul 09.27 WIB.
Muhammad Nasruddin Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam Kebaikan. (online). Diakses pada tanggal 6 November 2014 pada pukul 09.27 WIB.
Muhammad Haryono. 2011. Meneguhkan Iman (2). (online). Diakses pada tanggal 6 November 2014 pukul 10: 00WIB




[1] Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7/156.
[2] Fathul Qodir, Asy Syaukani, Mawqi’ At Tafasir, 7/156.
[3] Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H, hal. 428.
[4] Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H, hal. 428.
[5] Fathul Qodir, 7/156.
[6] HR. Bukhari no. 3250.
[7] Taisir Al Karimir Rahman, hal. 841
[8] Ma’alimut Tanzil, Al Baghowi, Dar Thoyyibah, cetakan keempat, 1417 H, 8/40
[9] HR. Bukhari no. 5673 dan Muslim no. 2816.
[10] Disarikan dari Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhis Sholihin, Salim bin ‘Ied Al Hilali, Dar Ibnil Jauzi, cetakan pertama, 1430 H, 3/18-19
[11] Fathul Qodir, 7/157.
[12] Kitab “al-Waabilush shayyib” (hal. 70).