SRTRATEGI, METODE, MEDIA, BAHAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN PAI
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang sistematis dan berurutan. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran
perlu direncanakan dengan baik. Beberapa kompetensi yang harus dikuasai Guru
Agama Islam pada khususnya adalah merencanakan dan mendesain pembelajaran.
Seorang Guru penidikan agama Islam perlu memiliki Kompetensi merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasil dan proses pembelajaran.
Adapun bentuk kompetensi guru Guru
penidikan agama Islam diantaranya adalah dituntut untuk banyak berkreasi dan
berinovasi dalam segala hal, termasuk di dalamnya adalah berkreasi dalam hal
menentukan strategi, metode, media dan alat evaluasi dalam proses pembelajaran.
Aktivitas belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan yang baik kepada
anak didik untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berpikir,
sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar.
Untuk
melaksanakan tugas secara profesional, guru agama Islam memerlukan wawasan yang
mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar mengajar yang sesuai
dengan tujuan belajar pendidikan agama Islam yang telah dirumuskan, baik tujuan
belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar, maupun
hasil ikutan yang didapat dalam proses belajar, misalnya kemampuan berpikir
kritis, kreatif, sikap terbuka setelah anak didik mengikuti diskusi kecil
kelompok kecil dalam proses belajar.
B.
Rumusan Masalah
- Bagaimanakah konsep dasar strategi pembelajaran PAI dan dasar-dasar yang perlu diperhatikan untuk memilih stategi pembelajaran yang tepat?
- Bagaimanakah konsep dasar metode pembelajaran PAI serta hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode pembelajaran PAI yang tepat?
- Bagaimankah konsep dasar media pembelajaran PAI dan cara memilih media pembelajaran PAI yang tepat?
- Bagaimankah konsep dasar bahan pembelajaran PAI dan cara memilih bahan pembelajaran PAI yang tepat?
- Bagaimankah konsep dasar evaluasi pembelajaran PAI dan cara memilih evaluasi pembelajaran PAI yang tepat?
C. Tujuan
Setelah mengetahui strategi pembelajaran PAI, diharapkan
kepada mahasiswa, calon pendidik dan para pendidik khususnya mampu :
1. Memahami
konsep dasar strategi pembelajaran PAI dan memilih strategi pembelajaran PAI
yang tepat.
2. Memahami
konsep dasar metode pembelajaran PAI serta memilih metode pembelajaran PAI yang
tepat.
3. Memahami
konsep dasar media pembelajaran PAI dan memilih media pembelajaran PAI yang
tepat.
4. Memahami
konsep dasar bahan pembelajaran PAI dan memilih bahan pembelajaran PAI yang
tepat.
5. Memahami
konsep dasar evaluasi pembelajaran PAI dan cara memilih alat evaluasi
pembelajaran PAI yang tepat.
BAB
II
A.
Strategi
Pembelajaran PAI
1.
Pengertian Strategi Pembelajaran PAI
Kata “strategi” dalam kamus bahasa
Indonesia mempunyai beberapa arti, antara lain:
a)
Rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran.
b) Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapai musuh
dalam kondisi yang menguntungkan.
Istilah
strategi sering digunakan dalam banyak konteks pembelajaran, seperti yang
diungkapkan oleh Nana Sudjana sebagai berikut: “strategi mengajar adalah taktik
yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar dapat
mempengaruhi peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan
efisien.” Sedangkan pembelajaran merupakan suatu proses membelajarkan
peserta didik agar dapat mempelajari sesuatu yang relevan dan bermakna
bagi diri mereka, disamping itu, juga untuk mengembangkan pengalaman belajar
dimana peserta didik dapat secara aktif menciptakan apa yang sudah diketahuinya
dengan pengalaman yang diperoleh. Dan
kegiatan ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara
lebih efektif dan efisien.[2]
Dengan demikian, Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi
tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Dari pengertian diatas, ada dua hal yang perlu
dicermati, yaitu: pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana
tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan
berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Kedua, strategi disussun
untuk mencapai tujuan tertentu.[3]
Adapun pengertian strategi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu strategi yang menjelaskan
tentang komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran pendidikan
agama dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama-sama dengan bahan-bahan
tersebut untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Komponen-komponen umum dari suatu set bahan pembelajaran
pendidikan agama meliputi:
1)
Kegiatan pendahuluan,
2)
Kegiatan penyajian
2.
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
PAI
Berikut adalah jenis-jenis strategi
pembelajaran secara umum:
a) Strategi
Pembelajaran Ekspoitri
Strategi
Pembelajaran ekspoitri adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok
siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai pelajaran dengan optimal. Metode
pembelajaran yang sering digunakan adalah metode ceramah.
b) Strategi
Pembelajaran Inkuiri
Strategi
Pembelajaran inkuiri adalah rangkain kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan anilitis untuk mencari dan menemukan sendiri
jawaban dari suatu masalah.
c)
Strategi Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif merupakan strategi yang menggunakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan yang memiliki latar belakang kemampuan, jenis
kelamin, rasa tau suku yang berbeda.[5]
3.
Dasar untuk Memilih Strategi
Pembelajaran PAI
Secara umum ada empat dasar dalam
menentukan strategi pembelajaran, yakni:
- Mengindentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan.
- Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup masyarakat.
- Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggappaling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya.
- Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian).[6]
Selain empat dasar diatas, ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan juga sebelum mengembangkan strategi
pembelajaran pendidikan agama, yakni:
- Tujuan pembelajaran umum pendidikan Agama (dapat dilihat pada silabus atau garis-garis besar program pembelajaran yang diberlakukan)
- Karakteristik bidang studi pendidikan Agama
- Karakteristik siswa yang akan mengikutinya (dapat diketahui melalui pre tes secara lisan maupun tertulis, angket dan lainnya)[7]
B. Metode
Pembelajaran PAI
1.
Pengertian Metode Pembelajaran PAI
Metode adalah suatu cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru
tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode
mengajar yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan
pendidikan.[8]
Dari pengertian diatas, Metode
Pembelajaran PAI dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh seorang guru
agama dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
pendidikan pendidikan Islam.
2.
Macam-macam Metode Pembelajaran PAI
Berikut ini
akan dikemukakan beberapa metode pembelajaran yang sekirannya dapat
dipertimbangkan penggunannya dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam
Pendidikan Agama Islam.
1)Ceramah Bervariasi
Metode
ceramah bervariasi adalah suatu cara penyampaian informasi atau materi
pelajaran melalui penuturan secara lisan divariasikan penggunaanya dengan
penyampaian lain, seperti diskusi, tanya jawab, dan tugas.Ceramah dimulai
dengan menjelaskan tujuan yang ingin dicapai, menyiapkan garis-garis besar yang
akan dibicarakan, serta menghubungkan antara materi yang akan disajikan dengan
bahan yang telah disajikan. Ceramah akan berhasil jika mendapatkan perhatian
yang sungguh-sungguh dari peserta didik. Pada akhir ceramah perlu dikemukakan
kesimpulan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, dan
memberikan tugas kepada peserta didik serta adanya penilaian akhir.[9]
2)Metode
Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah suatu cara menyajikan bahan
pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab oleh peserta
didik atau sebaliknya, baik secara lisan maupun tertulis.Dalam
praktiknya, metode tanya jawab ini dimulai dengan mempersiapkan pertanyaan yang
diagkat dari bahan pelajaran yang akan diajarkan, mengajukan pertanyaan,
menilai proses tanya jawab yang berlangsung.[10]
3)Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah suatu cara penyampaian pelajaran dimana guru bersama-sama
peserta didik mencari jalan pemecahan atas persoalan yang dihadapi. Inti dari
pengertian diskusi adalah meeting of mind. Para peserta didik dihadapkan
pada suatu masalah, dan yang didiskusikan adalah pemecahannya. Dalam pemecahan
masalah terdapat berbagai alternatif. Dari macam-macam kesimpulan jawaban yang
dikemukakan dalam diskusi perlu dipilih satu jawaban yang lebih logis dan
tepat. Jawaban ini melalui mufakat. Jawaban yang merupakan pemecahan masalah
itu mempunyai argumentasi yang kuat.[11]
4)Metode simulasi atau bermain peran
Kata simulasi berasal dari kata simulate
yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah, atau perbuatan yang
pura-pura saja. Simulasi dapat digunakan untuk melakukan proses-proses tingkah
laku secara imitasi. Adapun Bentuk-bentuk simulasi adalah sebagai berikut:
- Peer Teaching Latihan atau praktek mengajar, yang menjadi peserta didiknyaadalah temannya sendiri. Tujuannya untuk memperoleh keterampilan dalam mengajar.
- Sosiodrama. Sosiodrama adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip (bahan tertulis), tanpa latihan terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh peserta didik menghapal sesuatu.
- Psikodrama Permainan peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar individu yang bersangkutan memperoleh insight atau pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan self concept. Psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang dialami seseorang.
- Simulasi game. Simulasi game adalah permainan bersaing untuk mencapai tujuan tertentu dengan mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan.
- Role playing Role playing adalah permainan peranan yang dilakukan untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah masa lampau, mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan mengekspos kejadian-kejadian masa kini. Permainan ini lebih cocok untuk pelajaran sejarah.[12]
5)Metode pemberian tugas dan resistasi.
Metode pemberian tugas dan resistasi adalah suaatu cara
penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu kepada peserta
didik dalam waktu yang telah ditentukan dan peserta didik
mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Pelaksanaan pengerjaan
tugas oleh peserta didik seyogyanya dapat dipantau sehingga dapat diketahui
bahwa tugas tersebut betul-betul dikerjakan oleh peserta didik sendiri terutama
bila tugas itu dilakukan diluar sekolah atau diluar jam tatap muka. Pemeriksaan
tugas dilakukan sebaik mungkin, artinya tidak ditangguhkan sampai tugas
berikutnya. Jika tugas peserta didik tidak
diperiksa sebagai mana mestinya, anak akan kecewa dan akhirnya tidak akan menghiraukan
tugas berikutnya.[13]
6)Metode Demonstrasi dan Eksperimen.
Metode
Demontsrasi dan Eksperimen adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan
penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan sesuatu proses tertentu
yang kemudian diikuti atau dicoba oleh peserta didik untuk melakukannya. Dalam
Demonstrasi, guru atau peserta didik melakukan suatu proses yang
disertai penjelasan lisan. Setelah guru atau peserta didik meragakan suatu
demonstrasi tersebut, selanjutnya di eksperimenkan oleh peserta didik yang
lainnya.[14]
7)Metode Kerja Kelompok.
Metode
Kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara peserta didik
mengerjakan sesuatu tugas dalam situasi kelompok dibawah bimbingan guru.[15]
8)Metode Problem Solving (Pemecahan Masalah).
Metode
Problem solving adalah suatu cara penyajain pelajaran dengan cara peserta didik
dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahakan atau diselesaikan, baik
individual maupun kelompok. Metode ini baik untuk melatih kesanggupan peserta
didik dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Tak
ada manusia yang lepas dar kesulitan atau masalah dalam hidupnya yang harrus
diselesaikan secara rasional. Oleh sebab itu, sekolah berkewajiban melatih
kemampuan memecahkan masalah melalui situasi belajar-mengajar.
9)Metode
Karyawisata/ Studiwisata.
Metode karyawisata/widyawisata/studi wisata adalah suatu
cara penyajian pelajaran dengan membawa para peserta didik langsung kepada
objek tertentu untuk dipelajari, yang terdapat diluar kelas dengan bimbingan
guru. Alasan penggunaan metode ini antara
lain adalah karena objek yang akan dipelajari hanya ada di tempat objek itu
berada. Selain dari itu, pengalaman langsung pada umumnya lebih baik daripada
tidak langsung, misalnaya mengunjungi museum atau situs sejarah akan lebih jeas
jika diamati secara langsung. Dengan metode ini, peserta didik lebih banyak
mengetahui bukti-bukti nyata dari peninggalan peristiwa sejarah yang dilakukan
oleh para pejuang pada masa lampau.[16]
10) Metode Suri Tauladan.
Yakni
metode mengajar dengan cara memberikan contoh dalam ucapan, perbuatan, atau
tingkah laku yang baik dengan harapan menumbuhkan hasrat bagi peserta didik
untuk meniru atau mengikutinya. Dalam pemberian keteladanan tersebut dapat
bersifat langsung maupun tidak langsung. Yang bersifat langsung misalnya:
pendidik memberikan contoh bagaimana sikap membaca Al-Quran yang baik,
sikap sholat yang benar, dan lain sebagainya. Sedangkan yang bersifat tidak
langsung misalnya: tampilan fisik dan pribadi pendidik dan tenaga lainnya
yang sesuai dengan suasana agamis. Pendidik hendaknya harus memiliki sikap
yang penuh sopan santun, disiplin serta selalu menyambut peserta didiknya
ketika masuk dengan sambutan yang ramah.
11) Metode Kisah Atau Cerita.
Merupakan
suatu cara mengajar dengan cara meredaksikan kisah untuk menyampaikan
pesan-pesan yang terkandung di dalam materi pembelajaran.[17]
3.
Prinsip-prinsip Metode Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam
Berikut adalah prinsip-prinsip
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam:
- Niat dan orientasinya untuk mendekatkan hubungan antara manusia dengan Allah dan sesama makhluk. Pendekatan kepada Allah disertai dengan tauhid, mengesakan Allah, tiada Tuhan kecuali Allah. Tauhid ini menjadi ruh bagi aktivitas muslim. Prinsip ketauhidan ini yang membedakan dengan metode yang lain. Penerapan metode apa pun diterima asal memperkuat keimanan dan pengabdian kepada Allah. Keterpaduan (integrative, tauhîd). Ada kesatuan antara iman-ilmu-amal, iman-islam-ihsan, dzikir-fikr (hati dan pikir), dhahir-batin (jiwa-raga), dunia-akhirat, dulu-sekarang-akan datang.
- Bertumpu pada kebenaran. Materi yang disampaikan itu benar, disampaikan dengan cara yang benar, dan dengan dasar niat yang benar.
- Kejujuran (sidq dan amânah). Berbagai metode yang dipakai harus memegang teguh kejujuran (akademik). Kebohongan dan dusta (kidzb) dalam bentuk apapun dilarang. Keteladanan pendidik. Ada kesatuan antara ilmu dan amal. Pendidik yang mengajar dituntut menjadi contoh tauladan bagi peserta didiknya. Tidak diperkenankan ada kata “saya hanya mengajar”. Pengajar shalat, ia harus juga melaksanakan shalat. Ada dispensasi (rukhshah) jika pendidik berhalangan secara syar’i semisal ia mengajar tentang haji sementara ia belum memiliki biaya untuk naik haji sehingga belum mampu haji.
- Berdasar pada nilai. Metode pendidikan Islam tetap berdasarkan pada al-akhlâq al-karîmah, budi utama. Metode pendidikan Islam sarat nilai, tidak bebas nilai semisal proses pembelajaran harus memperhatikan waktu shalat (wajib).
- Sesuai dengan usia dan kemampuan akal anak (biqadri uqûlihim).
- Sesuai dengan kebutuhan peserta didik (child center), bukan untuk memenuhi keinginan pendidik apalagi untuk proyek semata.
- Mengambil pelajaran pada setiap kasus atau kejadian (ibrah) yang menyenangkan ataupun yang menyedihkan.
- Proporsional dalam memberikan janji (wa’d, targhîb) yang menggembirakan dan ancaman (wa’îd, tarhîb) untuk mendidik kedisiplinan.
4.
Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan
dalam Memilih Metode Pembelajaran PAI
Dalam memilih dan menganalisis
metode pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.
- Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode driil kurang tepat digunakan.
- Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru.
- Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan. Bila metode eksperimen yang akan dipakai, maka alat-alat untuk eksperimen harus tersedia, dipertimbangkan juga jumlah dan mutu alat itu.
- Kemampuan pengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian.
- Sifat bahan pengajaran. Ada bahan pelajaran yang lebih baik disampaikan lewat metode ceramah, ada yang lebih baik dengan metode driil, dan sebagainya. Demikianlah beberapa pertimbangan dalam menentukan metode yang akan digunakan dalam proses interaksi belajar mengajar.[18]
Hal-hal diatas
perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam rangka memilih dan menentukan
metode pembelajaran yang akan digunakan, karena kebanyakan pendidik hanya
menggunakan satu metode saja yang hal itu akan membuat peserta didik menjadi
bosan dan akan mengabaikan proses pembelajaran.
C. Media
Pembelajaran PAI
1.
Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari
bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, perantara atau
pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Menurut Gelach dan Ely, media apabila difahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Dalam pengertian
ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cenderung diartikan sebagai
alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan
menyusun kembali informasi visual atau verbal.[19]
Ada pula yang mendefinisikan media
sebagai alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pengajaran.[20]
Adapun pengertian media pembelajaran PAI adalah perantara atau
pengantar pesan (informasi) dari guru agama Islam kepada penerima informasi
yakni peserta didik.[21]
2.
Macam-macam Media Pembelajaran PAI
Dalam perkembangannya media
pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Secara umum jenis media
pembelajaran dikelompokkan menjadi :
1.
Media Visual
2.
Media Auditif
3.
Media Audio-visual
4.
Media Berbasis Cetakan
5.
Media Pajang
6.
Media Berbasis Komputer
1. Media Visual. Adalah
media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Artinya media ini hanya dapat
dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Media ini ada yang menampilkan
gambar diam seperti film strip (film rangkaian), slides (bingkai) foto, gambar,
atau lukisan, cetakan, grafis, diagram, peta dan lainnya.[22]
Kelebihan media visual yaitu dalam media ini siswa dapat melihat
obyek yang diperlihatkan guru dalam proses pembelajarannya sehingga peserta
didik tahu obyek apa yang sedang dijelaskan dan dipelajarinya.
Kelemahan media visual yaitu dalam media ini
hanya kemampuan indera penglihat saja yang terasah kemampuannya, sehingga siswa
hamya mampu melihat gambar tersebut tanpa mengasah indera peraba dan indera
pendengaran, serta terbatas bagi yang mempunyai kelainan penglihatan atau buta.
2.
Media Auditif.Adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok
untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran.
Kelebihan media auditif yaitu dalam media ini
siswa dapat lebih fokus karena peserta didik dituntut untuk lebih peka dalam
pendengarannya. Jadi kemampuan peserta didik dalam mendengarkan dapat terasah.
Kelemahan media auditif yaitu dalam media ini
hanya mengasah indera pendengar saja, tanpa dapat mengasah indera lain seperti
indera penglihat dan peraba. Selain itu media ini sangat terbatas bagi yang
mempunyai kelainan tuna rungu.
3. Media Audio-visual. Adalah
media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai
kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan
kedua. Seperti contoh: rekaman video, film dan lain sebagainya.[23]
Kelebihan media audio-visual yaitu dalam media ini mencakup segala
aspek indera pendengar, penglihat dan peraba. Sehingga kemampuan semua indera
dapat terasah dengan baik karena dipergunakan dengan seimbang dan bersama.
Kelemahan media audio-visual yaitu keterbatasan biaya serta
penerapannya yang harus mampu mencakup segala aspek indera pendengaran,
penglihatan dan peraba.
4. Media Berbasis Cetakan. Media
pembelajaran berbasis cetakan yang umum digunakan adalah buku teks, pamflet,
poster, majalah dan lain sebagainya.[24]
Kelebihan yang dimiliki oleh media ini diantaranya adalah peserta didik dapat
belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing, peserta didik dapat
mempelajari berulang kali dan lainnya. Adapun kekurangan dari media ini antara
lain, biaya percetakan mahal, sulit menampilkan gerak, umumnya media cetakan
hanya mampu membawa hasil tujuan bersifat koginif saja.[25]
5. Media Pajang Media
pajang biasanya digunakan untuk menyampaikan informasi didepan kelompok kecil.
Contoh: Papan tulis, Flip Chart, Papan magnetik dan lain-lain. Kelebihan media
ini diantaranya adalah bermanfaat di uang manapun tanpa harus ada penyesuain
khusus, pemakai dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan sementara
penyajian berlangsung. Sedangkan kekurangan dari media ini antara lain, pada
saat menulis di papan hal yang sering terjadi adalah guru membelakangi peserta
didik dam jika ini berlangsung lama tentu akan menggangu suasana dan
pengelolaan kelas.[26]
6. Media Berbasis Komputer. Media
ini menggunakan komputer sebagai perantara untuk menyampaikan informasi kepada
peserta didik. Contoh :
1)
Tutorial terprogram, yakni seperangkat tayangan yang lebih dahulu diprogramkan.
2)
Computer assisted instruction,
yakni
suatu system penyampaian materi pelajaran yang berbasis mikroprosesor yang
pelajarannya diancang dan dipogram ke dalam system tersebut, dan lain-lain.[27]
Kelebihan media ini, dapat merangsang peserta didik untuk mengerjakan
latihan, simulasi karena tersedianya animasi graik, warna dan music yang dapat
menambah realisme.
Kekurangan, Untuk menggunakan komputer diperlukan pengetahuan dan
keterampilan khusus, computer hanya efektif bila digunakan oleh seorang atau
beberapa orang dalam kelompok kecil.[28]
3.
Cara Memilih Media Pembelajaran PAI
Cara memilih media pembelajaran yang
sesuai dengan Pendidikan Agama Islam adalah:
- Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (dalam hal ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam).
- Pemilihan media harus berdasarkan objektivitas, artinya pemilihan media pembelajaran bukan didasarkan kepada kesenangan guru atau sekedar selingan atau hiburan.[29]
- Pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa
- Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa dan kemampuan guru.
- Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.[30]
Selain
pertimbangan-pertimbangan diatas, pemilihan media pembelajaran PAI
sekurang-kurangnya dapat mempertimbangkan beberapa hal juga yakni kemudahan
akses, biaya, tingkat interaktif yang mampu ditimbulkan, dukungan organisasi,
serta tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya dan tingkat biaya yang
diperlukannya.[31]
Interaksi peserta didik dengan media
berarti bagaimana peran media pembelajaran dalam merangsang kegiatan belajar
peserta didik. Setiap media pembelajaran PAI yang direncanakan hendaknya
dipilih, ditetapkan dan dikembangkan sehingga dapat menimbulkan interaksi
peserta didik dengan pesan-pesan yang dibawa media pembelajaran.
D. Bahan
Ajar PAI
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan bahan atau
materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan pendidik dan
peserta didik dalam proses pembelajaran. Secara umum Bahan Ajar adalah segala
bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/pendidik dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat
menguasai kompetensi melalui materi yang disajikan secara runtut dan sistematis
sehingga mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu sesuai dengan
tujuan pendidikan Agama Islam. [32]
Bahan ajar secara lebih sempit lagi
dipahami sebagai materi pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari
pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau
nilai. [33]
Termasuk jenis materi fakta adalah
nama-nama obyek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dsb.
Termasuk materi konsep adalah pengertian, definisi, ciri khusus, komponen atau
bagian suatu obyek (Contoh kursi adalah tempat duduk berkaki empat, ada
sandaran dan lengan-lengannya).
Termasuk materi
prinsip adalah dalil, rumus, atau hubungan antara konsep yang menggambarkan
“jika..maka….”, misalnya “Jika logam dipanasi maka akan memuai”, rumus
menghitung luas bujur sangkar adalah sisi kali sisi.
Materi jenis prosedur adalah materi
yang berkenaan dengan langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu tugas. Misalnya langkah-langkah menjalankan ibadah sholat;
langkah-langkah berwudlu. Materi jenis sikap (afektif) adalah materi yang
berkenaan dengan sikap atau nilai, misalnya nilai kejujuran, kasih sayang,
tolong-menolong, semangat dan minat belajar, semangat bekerja, dan
lain-lain. [34]
Untuk membantu memudahkan memahami
keempat jenis materi pembelajaran aspek kognitif tersebut, perhatikan tabel di
bawah ini:
No.
|
Jenis Materi
|
Pengertian dan contoh
|
1.
|
Fakta
|
Menyebutkan kapan, berapa, nama,
dan di mana.Contoh: Ka’bah terletak di makkah; Masjid terbesar di Asia
bernama Istiqlah yang berada di Jakarta Negara Indonesia.
|
2.
|
Konsep
|
Definisi, identifikasi,
klasifikasi, ciri-ciri khusus.Contoh: Hukum ialah peraturan yang harus
dipatuh-taati, dan jika dilanggar dikenai sanksi berupa denda atau pidana
|
3.
|
Prinsip
|
Penerapan dalil, hukum, atau
rumus. (Jika…maka….).Contoh: Jika kita berbuat kebaikan maka kita akan
mendapat pahala dari Allah dan melalui ridloNya kita akan dimasukkan ke dalam
surgaNya
|
4.
|
Prosedur
|
Bagan arus
atau bagan alur (flowchart), algoritma, langkah-langkah mengerjakan
sesuatu secara urut.Contoh:Langkah-langkah melakukan wudlu ialah:
a)Niat
b)Membasuh Muka
c)Membasuk kedua tangan sampai ke
siku
d)Mengusap rambut
e)Membasuk kedua kaki hingga mata
kaki
f)Tertib
|
2. Jenis-Jenis Bahan Ajar PAI
Bahan ajar pada
dasarnya adalah semua bahan yang didesain secara spesifik untuk keperluan
pembelajarn, bahan ajar berupa seperangkat materi yang disusun secara
sistematis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan siswa
belajar dengan baik. Secara umum wujud bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar
dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar
interaktif.[35]
1) Bahan
cetak ( printed) .Bahan cetak antara lain handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto atau gambar,. Bahan cetak dapat
disajikan dalam berbagai bentuk. Adapun macam-macam bahan ajar cetak antara
lain:
- Handout.Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literature yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
- Buku.Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
- Modul.Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya.
- Lembar kegiatan Siswa. Lembar Kegiatan Siswa ( student work sheet) adalah lembaran-lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya. Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.
- Brosur.Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan lipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi.[36] Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa.
- Wallchart.Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu. agar wallchart terlihat menarik abgi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengeturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu mengajar, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.
- Foto/gambar.Foto merupakan alat visual yang efektif karena dapat divisualisasika sesuatu yang akan dijelaskan dengan lebih konkrit dan realistis. Informasi yang disampaikan dapat dimengerti dengan muda karena hasil yang diragakan lebih mendekati kenyataan melalui foto yang diperlihatkan kepada anak-anak, dan hasil yang diterima oleh anak-anak akan sama.
2)
Bahan ajar dengar (audio) Bahan ajar dengan adalah bahan ajar
yang didesain dengan menggunakan media dengan (audio) seperti kaset, radio,
piringan hitam, dan compact disk audio.[37]
- Kaset atau piringan hitam. Media kaset dapat menyimpan suara yang dapat secara berulang-ulang diperdengarkan kepada peserta didik yang menggunakannya sebagai bahan jar. Bahan ajar kaset biasanya digunakan untuk pembelajaran bahasa tau pembelajaran musik. Bahan ajar kaset tidak dapat berdiri sendiri, dalam penggunaannya memerlukan bantuan alat dan bahan lainnya seperti tape recorder dan lembar skenario guru
- Radio. Radio adalah media dengar yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, dengan radio peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Program radio dapat dirancang sebagai bahan ajar, misalnya pada jam tertentu guru merencanakan sebuah program pembelajaran melalui radio. Misalnya mendengarkan berita siaran langsung suatu kejadian atau fakta yang sedang berlangsung.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual)
Bahan ajar audio visual adalah bahan
ajar yang didesain dengan menggunakan media audio visual seperti video compact
disk, film.
- Video/film. Program video/film biasanya disebut sebagai alat bantu pandang dengar (audio visual aids/audio visual media). Umumnya program video telah dibuat dalam rancangan lengkap, sehingga setaip akhir dari penayangan video siswa dapat menguasai satu atau lebih kompetensi dasar. Baik tidaknya program video tentu saja tergantung pada desain awalnya, mulai analisis kurikulum, penentuan media, skema yang menunjukkan sekuensi (dikenal dengan skenario) dari sebuah program video atau film, skrip, pengambilan gambar dan proses editingnya.
- Orang/Nara Sumber.Orang sebagai sumber belajar dapat juga diakatakan sebagai bahan ajar yang dapat dipandang dan didengar, karena dengan orang seseorang dapat belajar misalnya karena orang tersebut memiliki ketrampilan khusus tertentu. Melalui ketrampilannya seseorang dapat dijadikan bahan ajar. Agar orang dapat dijadikan bahan ajar secara baik, maka rancangan tertulis diturunkan dari kompetensi dasar harus dibuat. Rancangan yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. Dengan demikian, dalam menggunakan orang sebagai bahan ajar tidak dapat berdiri sendiri melainkan dikombinasikan dengan bahan tertulis.
4)
Bahan ajar interaktif (interactive
teaching material)
Multimedia interaktif adalah
kombinasi dari dua atau lebih media (audio, teks, gambar, animasi, dan video)
yang oleh penggunaannya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan perilaku
alami dari suatu presentasi. [38]
Saat ini sudah
mulai banyak orang memanfaatkan bahan ajar ini, karena disamping menarik juga
memudahkan bagi penggunaannya dalam mempelajari suatu bidang tertentu. Biasanya bahan ajar multimedia dirancang secara lengkap
mulai dari petunjuk penggunaannya hingga penilaian.
3. Kriteria Bahan Ajar PAI Yang Baik
Bahan
pembelajaran yang baik harus mempermudah dan bukan sebaliknya mempersulit siswa
dalam memahami materi yang sedang dipelajari. Oleh sebab itu, bahan
pembelajaran harus memenuhi kriteria berikut:
- Sesuai dengan topik yang dibahas
- Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas.
- Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami.
- Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya.
- Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa.
- Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.[39]
Selain kreteria di atas, bahan ajar
yang baik harus selalu berorintasi pada kurikulum dan peta pemikiran.
Ketika menjalankan tugas mengajar pada pendidikan formal atau nonformal yang
penyelenggaraannya menggunakan kurikulum, maka rujukan utama dari bahan ajar yang
disusun adalah: Standar kompetensi lulusan (SKL), SK, KD dan Indikator serta
buku pegangan utama yang digunakan.
4. Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar PAI
Ada beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran.
Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan.
a. Prinsip relevansi
artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada kaitan atau
ada hubungannya dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Sebagai misal, jika kompetensi yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan
hafalan.
b.
Prinsip konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai
siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi
empat macam. Misalnya kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa adalah
pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis, maka materi yang diajarkan juga harus
meliputi pengertian thaharoh (bersuci), macam-macam hadats dan najis, dan cara
mensucikan dari hadats dan najis.
c.
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam
membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh
terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan
kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya,
jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk
mempelajarinya.[40]
5. Langkah-Langkah Pemilihan Bahan Ajar
PAI
Secara garis
besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi pertama-tama
mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis
materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau
relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.[41]
6. Langkah-langkah analisis dan pengembangan bahan ajar PAI
Analisis dan Pengembangan
bahan ajar PAI adalah Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam meneliti,
menganalisis dan mengembangkan materi melalui penelaahan isi Kurikulum,
hakekat, tujuan dan karakteristik PAI, kompetensi yang ingin dicapai, mulai
dari analisis rumusan kompetensi lulusan (SKL); standar kompetensi; dan
Kompetensi Dasar (KD), kemudian menjabarkan materi secara mendalam berdasarkan
kompetensi secara sistematis dengan mempertimbangkan penyajiannya.
Hasil dari analisis materi ini
kemudian digunakan dalam menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Jadi Analisis Materi Pembelajaran adalah salah satu bagian dari
rencana kegiatan belajar mengajar yang berhubungan erat dengan materi pelajaran
dan penyusunan silabus/RPP. Berdasarkan pengertian tersebut maka
langkah-langkah analisis dan pengembangan materi PAI adalah sebagai berikut :
a.
Mengkaji kurikulum PAI
b.
Mengkaji hakekat, tujuan dan
karakteristik PAI
c.
Analisis SK dan KD
d. Analisis materi PAI (apakah materi termasuk informative,
konseptual, procedural atau nilai/sikap)
E.
Evaluasi Pembelajaran PAI
1. Pengertian evaluasi Pembelajaran PAI
Secara harfiah,
kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yakni evaluation; dalam bahasa Arab
berarti al-taqdîr (التقدير); dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value; dalam bahasa Arab
berarti al-qîmah (القيمة); dalam bahasa
Indonesia berarti nilai.[43]
Adapun
pengertian evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah proses
untuk mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam
mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam.
2. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran PAI
Dalam pelaksanaan evaluasi perlu
diperhatikan beberapa prinsip sebagai dasar pelaksanaan penilaian.
Prinsip-prinsip tersebut adalah
sebagai berikut:
- Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif (menyeluruh). Yaitu pengukuran yang meliputi aspek kognitif, efektif, dan psikomotorik.
- Prinsip kesinambungan (kontinuitas); penilaian hendaknya dilakukan secara berkesinambungan.
Evaluasi harus
dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu untuk mengetahui secara
menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga kegiatan dan unjuk kerja
peserta didik dapat dipantau
- Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.
- Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas pendidik, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang etnis, budaya, dan berbagai hal yang memberikan konstribusi pada pembelajaran. Sebab ketidakadilan dalam penilaian dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar peserta didik karena mereka merasa dianaktirikan.[44]
- Prinsip sistematis, yakni penilaian harus dilakukan secara sistematis dan teratur.[45]
4.
Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
PAI
Jenis-jenis evaluasi yang dapat
diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:[46]
- Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran tertentu.
- Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya.
- Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar yang sesuai dengan kondisi atau kemampuan yang dimiliki peserta didik.
- Evaluasi Diagnostik, adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk keperluan latar belakang (psikologi, fisik, lingkungan) dari murid/ siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesuliatan –kesuliatan tersebut. Evaluasi jenis ini erat hubungannya dengan kegiatan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.[47]
5.
Jenis-jenis Alat/instrumen Evaluasi
Pembelajaran PAI
Dalam pengertian umum, alat adalah
suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas
atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat, biasa disebut
juga dengan istilah instrumen. Dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal
dengan instrumen evaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi digolongkan
menjadi dua macam yaitu, tes dan non tes. Berikut adalah jenis-jenis alat
evaluasi:
a.
Alat/Instrumen
Evaluasi Bentuk Non-Tes
1) Observasi (observation)
a) Pengertian Observasi. Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan
secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai berbagai fenomena,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai
tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam melakukan observasi adalah pedoman
observasi.[48]
b) Fungsi Observasi. Sebagai alat evaluasi, observasi digunakan untuk :
- Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
- Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok
- Suatu tes essay / objektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
c)
Teknik Pelaksanaan Observasi.
Dilihat dari teknik pelaksanaannya, observasi dapat ditempuh
melalui tiga cara:
- Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang diselidiki.
- Observasi tidak langsung, yaitu observaasi yang dilakukan melalui perantara.
- Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.[49]
d)
Langkah-langkah Penyusunan Pedoman
Observasi
- Merumuskan tujuan observasi.
- Membuat kisi-kisi (lay out) observasi.
- Menyusun pedoman observasi.
- Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi
- Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan pedoman pedoman observasi.
- Merivisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba.
- Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung.
- Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.[50]
3)
Wawancara (Interview)
Wawancara, suatu cara yang dilakukan
secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan (tanya-jawab), baik secara
langsung atau tidak langsung dengan peserta didik.[51]
Wawancara
dibagi dalam 2 kategori, yaitu : pertama, wawancara bebas yaitu si
penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara
bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara.
Kedua, adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telahmenyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk
menggiring penjawab pada informasi-informasi yang diperlukan saja. Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan
jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to face)
secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya
kepada orang tuannya atau kepada temanya.
Keberhasilan wawancara sebagai alat
penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
a) Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai.
Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai .
b) Keterampilan
pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil
wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki
keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
c) Hilangkan prasangka-prasangka yang kurang baik sehingga
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat netral. Adapun Langkah-langkah
penyusunan wawancara adalah sebagai berikut
1.
Perumusan tujuan
2.
Perumusan kegiatan atau aspek-aspek
yang dinilai
3.
Penyusunan kisi-kisi
4.
Menyusun pertanyaan-pertanyaan
sesuai dengan data yang diperlukan
5.
Penyusunan pedoman wawancara
4)
Angket. Angket
(kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung,
yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk
mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Ditinjau dari segi
siapa yang menjawab:
- Kuesioner langsung. Kuesioner dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang drinya.
- Kuesioner tidak langsung. Adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang diminta keterangannya. Kuisioner tidak langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak, saudara, tetangga dan sebagainya.
Ditinjau dari segi
cara menjawabnya:
- Kuesioner tertutup. Adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawabam lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
- Kuesioner terbuka. Adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapat. Kuesioner terbuka disusun apabila macam jawaban pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Keterangan tentang alamat pengisi, tidak mungkin diberikan dengan cara memilih pilihan jawaban yang disediakan. Kuesioner terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat seseorang.[53]
Untuk mengisi angket, dapat
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun kisi-kisi angket
2) Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang
diinginkan
3) Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan.
4) Jika angket sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan
uji coba di lapangan.
5) Angket yang sudah diujicobakan dan terdapat kelemahan perlu
direvisi.
5)
Skala Sikap. Skala sikap
digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya
berupa kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan
netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.
Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang
terhadap suatu stimulus yang datang pada dirinya.[55].
Bentuk Skala Sikap Bentuk skala yang dapat di pergunakan dalam
pengukuran bidang pendidikan yaitu:
- Skala likert ialah skala yang dapat di pergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena pendidikan mulai dari sangat negative sampai dengan sangat positif.[56] Contoh alternatif jawaban : Sangat setuju ( SS ), Setuju ( S ), Ragu-Ragu ( RR ), Sangat Tidak Setuju ( STS ).
- Skala guttman yaitu skala berupa sederetan pernyataan opini tentang suatu objek secara berurutan. Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan pada nomor urut tertentu, maka diasumsikan juga setuju dengan pernyataan sebelunya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.
- Skala differensial yaitu skala untuk mengukur tiga dimensi. Dimensi-dimensiyang ada diukur dalam kategori: menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, kuat-lemah, berguna-tidak berguna, dan sebagainya
- Skala thurstone merupakan suatu instrument yang responya dengan member tanda tertentu pada suatu kontinum baris. Pada skala ini jumlah skala yang digunakan berkisar anatara 7 sampai 11.[57]
5) Penilaian Berbasis Portofolio Penilaian berbasi portofolio adalah suatu usaha untuk
memperoleh berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan menyelurh
tentang proses dan hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan, pengetahuan,
sikap dan keterampilan peserta didik. Dalam penilaian portofolio seorang
peserta didik biasanya memuat:
- Hasil ulangan harian dan ulangan umum.
- Tugas-tugas berstruktur
- Catatan perilaku harian para peserta didik
- Laporan kegiatan peserta didik di sekolah.[58]
6) Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian Unjuk kerja (performance
asasement) adalah suatu penilaian yang
meminta siswa untuk mendemonstrasikan dan
mengaplikasikan pengetahuan kedalam berbagai konteks sesuai
dengan kriteria yang diinginkan. Hasil yang diperoleh
merupakan suatu hasil dari unjuk kerja tersebut.
7)
Penilaian Produk dan Proyek
Penilaian produk adalah penilaian
yang berpusat dari hasil kerja atau hasil karya siswa dimana penilaian ini akan
dievaluasi menurut kriteria tetentu. Hasil karya tersebut dapat berupa:
a. Penilaian produk
1.
bentuk tertulis, biasanya berwujud
laporan, jurnal, drama, karya tulis ilmiah dan sebagainya.
2. bentuk tidak tertulis, biasanya berbentuk tiga dimensi
seperti pahatan, benda-benda ruang matematika seperti balok, kubus dan
lain-lain.
Adapun yang dimaksud penilaian
proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode atau waktu tertentu. Contoh : Guru memberikan tugas kepada peserta
didik untuk melakukan penelitian tentang sekelompok hadis shohih, hasan dan
dlaif.[59]
b. Alat/Instrumen Evaluasi berbentuk Tes
Tes sebagai alat penilaian adalah
berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban
dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan),
dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk
menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif
berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidkan dan
pengajaran.
1) Tes Uraian (tes subjektif) Tes Uraian, yang dalam uraian disebut juga essay, merupakan
alat penilaian yang hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini
adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan,
menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain
yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan
bahasa sendiri. Dengan demikian, dalam tes ini dituntut kemampuan siswa dalam
mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan.[60]
2) Tes objektif. Tes objektif sering juga disebut tes
dikotomi, karena jawabannya anatara benar atau salah. Disebut tes objektif
karena penilaiannya bersifat objektif, siapapun yang mengoreksi jawabannnya
sudah jelas dan pasti.[61]
Soal-soal bentuk objektif dikenal ada beberapa bentuk yakni:
a)
Bentuk jawaban singkat.
Bentuk
soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata,
bilangan, kalimat atau simbol. Contoh bentuk soal dengan jawaban singkat.
1. Siapakah nama ayah Nabi Muhammad saw?
2. Kapan Nabi Muhammad saw dilahirkan?
b) Bentuk soal benar-salah
Bentuk
soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa peryataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar (B) dan salah (S). Contoh
bentuk soal benar salah:
(B-S)
: Nun Mati bertemu dengan ta’ hukumnya ikhfa’
(B-S)
: Nun Mati bertemu dengan hamzah hukumnya iqlab
c)
Bentuk soal menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan terdiri dari
dua kelompok pertanyaan yang parallel yang berada dalam satu kesatuan. Kelompok
sebelah kiri merupakan bagian yang berupa soal-soal dan sebelah kanan adalah
jawaban yang disediakan. Tapi sebaiknya jumlah jawaban yang disediakan lebih
banyak dari soal karena hal ini akan mengurangi kemungkinan siswa menjawab yang
betul dengan hanya menebak. Contoh bentuk soal menjodohkan:
No
|
Daftar A
|
Daftar B
|
1.
|
Ar-Rahman….
|
a. Maha Suci
|
2.
|
Al-Quddus…..
|
b. Maha Esa
|
Dst..
|
c. Maha Pengasih
|
d) Bentuk soal pilihan ganda
Soal pilihan ganda adalah bentuk tes
yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat. Contoh bentuk soal
pilihan ganda:
Ilmu mawarits disebut juga faraidh.
Faraidh mempunyai arti….
1.
Bagian tertentu
2.
Sesuatu yang fardhu
3.
Wajib
4.
Harta peninggalan
3) Tes
Lisan. Tes lisan adalah tes yang menuntut jawaban dari peserta
didik dalam bentuk lisan, peserta didik akan mengucapkan jawaban dengan
kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan atau perintah yang diberikan.
Dalam melakukan pertanyaan di kelas prinsipnya adalah: mengajukan pertanyaan,
member waktu untuk berpikir, kemudian menunjuk peserta untuk menjawab
pertanyaan.
5.
Persyaratan dalam Memilih Alat
Evaluasi Pembelajaran PAI
Untuk memilih alat evaluasi, maka
harus memenuhi persyaratan atau kreteria sebagai berikut:
(1) Memiliki Validitas,
(2).Mempunyai reliabitas,
(3).Objektivitas,
(4) Efesiensi, dan
(5) kegunaan/kepraktisan.
Valaditas, artinya penilaian harus benar-benar mengukur apa yang
hendak di ukur. Demikian pula suatu tes memiliki suatu valaditas bila tes itu
benar-benar mengukur hal yang hendak di tes.
Reliabilitas, suatu alat
evaluasi memiliki reliabilitas, bila menunjukan kecepatan hasilnya.dengan kata
lain, orang yang akan di tes itu akan mendapat skor kembali dengat alat uji
yang sama.Untuk mengetahui besar kecilnya reliabilitas suatu tes dapat ditempuh
berbagai cara, yakni dengan cara mengulangi kembali tes itu (test-retest.
Objektifitas, suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang
diukur, tanpa adanya interprestasi yang tidak ada hubungannya dengan alat
evaluasi itu. Guru harus menilai siswa dengan kreteria yang sama bagi setiap
pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A dengan si B dan seterusnya. Objektivitas,
dalam penilaian sering diperlukan dalam menggunakan; questioner, essay test,
observation, rating scale, check list dan alat-alat lainya.
Efisiensi, suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa
membuang waktu dan uang yang banyak. Ini tidak berarti, bahwa evaluasi yang
memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik.hal ini
tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang
dinilai dan sebagainya.Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan
sedikit biaya dan usaha yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang
memuaskan. Efisiensi dapat dicapai dengan cara :
1.
Si penilai mampu memilih alat yang
tepat untuk tujuan tertentu.
2.
Si penilai dapat mempertimbangkan
perlu tidaknya menggunakan beberapa macam alat penilaai.
3.
Si penilai hanya memperhatikan
hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang sama.
Keguanaan/kepraktisan. Ciri lain
dari evaluasi ialah usefulness (harus berguna). Untuk memperoleh keterangan
tentang siswa, sehingga guru dapat memberikan bimbinagn sebaik-baiknya bagi
para siswanya.[62]
BAB
III
KESIMPULAN
A.
Strategi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam
- Strategi pembelajaran PAI mengandung pengertian rangkaian perilaku pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilaibelajaran PAI mengandung pengertian rangkaian perilaku pendidik yang tersusun secara terencana dan sistematis untuk menginformasikan, mentransformasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai islam agar dapat membentuk keperibadian muslim seutuhnya.
- Jenis-jenis strategi pembelajaran adalah strategi ekspositori, strategi pembelajaran inkuiri, dan strategi kooperatif.
- Dasar-dasar yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan strategi pembelajaran: mengindentifikasikan dan menetapkan kekhususan perubahan perilaku peserta didik yang diharapkan, memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan cita-cita dan pandangan hidup masyarakat, dan Memilih dan menetapkan metode belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh pendidik dalam menunaikan tuganya, dan Memilih dan menetapkan ukuran keberhasilan kegiatan belaja rmengajar sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru untuk melakukan evaluasi (penilaian
B.
Metode Pembelajaran PAI
1.
Pengertian Metode Pembelajaran PAI
adalah cara yang digunakan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan pendidikan pendidikan Islam
2.
Macam-macam Metode Pembelajaran PAI:
a.
Metode Ceramah Bervariasi
b.
Metode Tanya Jawab
c.
Metode Simulasi Atau Bermain Peran
d.
Metode Pemberian Tugas dan Resistasi
e.
Metode Demonstrasi dan Eksperimen
f.
Metode Kerja Kelompok
g.
Metode Problem Solving (Pemecahan
Masalah)
h.
Metode Karyawisata/
Widyawisata/Studiwisata
i.
Metode Suri Tauladan
j.
Metode Kisah Atau Cerita
2.
Hal-hal yang
Harus Dipertimbangkan dalam Memilih Metode Pembelajaran: Keadaan murid , Tujuan
yang hendak dicapai, Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas,
situasi lingkungan, Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode
yang akan digunakan. Kemampuan pengajar tentu menentukan,
mencakup kemampuan fisik, keahlian. Dan Sifat bahan pengajaran.
C.
Media Pembelajaran PAI
1.
Pengertian Media Pembelajaran, media
pembelajaran PAI adalah seluruh alat dan bahan yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan Islam.
2.
Macam-macam Media Pembelajaran PAI. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut,secara umum
jenis media pembelajaran dikelompokkan menjadi; media visual, media
auditif, media audio-visual, media berbasis cetakan, media pajang dan
media berbasis komputer.
3.
Cara Memilih Media Pembelajaran PAI,
Cara memilih media pembelajaran yang sesuai dengan Pendidikan Agama Islam
adalah: Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (dalam hal
ini sesuai dengan tujuan Pendidikan Agama Islam), Pemilihan media harus
berdasarkan objektivitas, Pemilihan media harus disesuaikan dengan
karakteristik siswa, Pemilihan media harus sesuai dengan gaya belajar siswa dan
kemampuan guru, Pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan,
fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran.
D.
Bahan Ajar PAI
- Bahan ajar merupakan bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran.
- Secara umum wujud bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; bahan cetak (printed); Bahan ajar dengar (audio); bahan ajar lihat-dengar (audio visual) dan bahan ajar interaktif.
- Kriteria bahan ajar yang baik adalah sebagai berikut: Sesuai dengan topik yang dibahas, Memuat intisari atau informasi pendukung untuk memahami materi yang dibahas, Disampaikan dalam bentuk kemasan dan bahasa yang singkat, padat, sederhana, sistematis, sehingga mudah difahami, Jika ada perlu dilengkapi contoh dan ilustrasi yang relevan dan menarik untuk lebih mempermudah memahami isinya, Sebaiknya diberikan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar dan pembelajaran sehingga dapat dipelajari terlebih dahulu oleh siswa, dan Memuat gagasan yang bersifat tantangan dan rasa ingin tahu siswa.
- Prinsip-prinsip Pemilihan Bahan Ajar PAI, adalah: Prinsip relevansi, Prinsip konsistensi artinya keajegan, Prinsip kecukupan
- Langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi, pertama-tama mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar. Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar. Langkah ketiga memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi. Terakhir adalah memilih sumber bahan ajar.
- Langkah-langkah analisis dan pengembangan bahan ajar PAI meliputi: Mengkaji kurikulum PAI, Mengkaji hakekat, tujuan dan karakteristik PAI, Analisis SK, KD dan indikator, Analisis materi PAI (apakah materi termasuk informative, konseptual, procedural atau nilai/sikap).
E. Evaluasi
Pembelajaran PAI
- Pengertian evaluasi Pembelajaran PAI. Pengertian evaluasi dalam pembelajaran pendidikan agama islam adalah ingin mengetahahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan tujuan pendidikan islam.
- Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran PAI sebagai berikut: Evaluasi hendaknya didasarkan atas hasil pengukuran yang komprehensif (menyeluruh).Prinsip kesinambungan (kontinuitas);Prinsip obyektif, penilaian diusahakan agar seobyektif mungkin.Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik dan objektifitas pendidik.Prinsip sistematis.
- Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran PAI, adalah: Evaluasi Formatif, Evaluasi Sumatif, Evaluasi penempatan (placement), Evaluasi Diagnostik,
- Jenis-jenis Alat Evaluasi Pembelajaran PAI : Alat/Instrumen Evaluasi Non-Tes: Observasi (observation, wawancara, skala sikap, angket, portofolio, penilaian proyek dan poduk, dan unjuk kerja.Alat/Instrumen Evaluasi Tes: ; Tes subjektif (tes uraian.Tes objektif (pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan lain-lain). -dan Tes tindakan
- Cara memilih alat evaluasi pembelajaran PAI adalah harus mempertimbangkan keefektifan, efisiensi dan daya tarik
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Joko Tri Prasetyo.
2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi
pembelajaran. Bandung: Rosdakarya ..
Arsyad, Azhar. 1997. Media
Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain.
2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Majid, Abdul . 2011. Perencanaan
Pembelajaran. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Marno. Modul Pengembangan Bahan
Ajar PAI pada Sekolah. Hak Penerbitan: Direktorat Pendidikan Agama Islam
pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Muhaimin dkk. 1996. Strategi
Belajar Mengajar. Surabaya: Citra Media.
Nata, Abuddin. 2009. Perspektif
Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Penyusun Kamus Besar, Tim. 1990. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramayulis. 2002. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Saleh, Abdul Rachman. 2000. Pendidikan
Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi. Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa.
Sanjaya, Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar
Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sukiman. 2012. Pengembangan
Sistem Evaluasi. Yogyakarta: Insan
Uhbiyati. 1997. Ilmu
Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Usman, Moh. Uzer, Lilis Setiawati.
1999. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar . Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Widoyoko, Eko Putro. 2009. Evaluasi
Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/memahami-cara-memilih-metode-pembelajaran-yang-tepat/
[1]
Tim penyusun kamus Besar, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka.1990), 859.
[2]
Muhaimin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media, 1996),
157
[3]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran (Jakarta:
Kencana, 2008), 186.
[4]
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar , 103.
[5]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 189-194.
[6]
Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetyo, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung:
Pustaka Setia,2005), 46.
[7]
Muhaimin, Strategi Belajar Mengajar, 106-107.
[8]
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002), 53.
[9]
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), 121.
[10]
Ibid., 122.
[11]
Ibid., 124.
[12]
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, 126-128.
[13]
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, 128-129.
[14]
Ibid., 129.
[15]
Ibid., 130.
[16]
Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar
Mengajar, 131-134.
[17]
Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997),
153.
[18]
http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/18/memahami-cara-memilih-metode-pembelajaran-yang-tepat/
[19]
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1997), 3.
[20] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar , 137.
[21]
Muhaimin, Strategi Belajar dan Mengajar, 91.
[22]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 211.
[23]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 211.
[24]
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 87.
[25]
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 39-40.
[26]
Ibid., 41-42.
[27]
Ibid., 35.
[28]
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, 56.
[29]
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta:
Kencana, 2009), 306.
[30]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 224.
[31]
Ibid., 225.
[32]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, (Hak Penerbitan:
Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (DITPAIS) Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam), 2.
[33]
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, 142-143.
[34]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 4-5.
[35]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 11.
[36]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah, 13.
[37]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI pada Sekolah ,15.
[38]
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2011), 182.
[39]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 17.
[40]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 27.
[41]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 28.
[42]
Marno, Modul Pengembangan Bahan Ajar PAI Pada Sekolah, 105.
[43]
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007), 1.
[44]
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), 226.
[45]
Ibid., 140.
[46]
Ibid., 227-228.
[47]
Abdul Rachman Saleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan Visi, Misi dan aksi
(Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), 76-79.
[48]
Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran (Bandung: Rosdakarya , 2011),
153
[49]
Zainal Arifin, Evaluasi pembelajaran ,154.
[50]
Ibid., 156.
[51]
Ibid., 157.
[52]
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 158-159.
[53]
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 166.
[54]
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 167.
[55]
Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009), 113.
[56]
Ibid., 115.
[57]
Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, 116-117.
[58]
Ibid.,, 120.
[59]
Sukiman, Pengembangan Sistem Evaluasi, (Yogyakarta: Insan Madani, 2012),
117.
[60]
Eko putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran, 79.
[61]
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, 135.
[62]
http://paridastkip-pgri.blogspot.com/2012/02/evaluasi-belajar-dan-pembelajaran.html.
(Sabtu, 20 Oktober 2012, jam 11.32)