MAKALAH
AKHLAK MUSLIM TERHADAP MAKHLUK GHOIB
MALAIKAT DAN JIN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf
DISUSUN OLEH :
ENDANG SUPRIHATIN
DOSEN :
Suhartono,SpdI, ,M.SI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MASJID
SYUHADA (STAIMS) YOGYAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah
Subhaanahu wa Ta’ala karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, makalah yang
berjudul “Akhlak Muslim terhadap Makhluk Ghoib , Malaikat dan Jin”, dapat
terealisasi tepat waktu.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan semoga makalah kami
dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penyusun
Endang Suprihatin
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................
|
i
|
DAFTAR
ISI..............................................................................................................
|
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................................
A.
LATAR BELAKANG
MASALAH..............................................................
B.
RUMUSAN
MASALAH.............................................................................
C.
TUJUAN
PENULISAN................................................................................
|
1
1
1
2
|
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................
A.
PENGERTIAN GHOIB DAN MAKHLUK GHOIB................................
B.
SIFAT-SIFAT MAKHLUK
GHOIB........................................................
1.
Malaikat...............................................................................................
2.
Jin........................................................................................................
3.
Syetan................................................................................................
C.
MAKHLUK GHOIB TIDAK TAHU YANG GHOIB.............................
D.
PERBEDAAN MALAIKAT DAN JIN
E.
MENGIMANI PERKARA YANG GOIB SESUAI SYARIA’T...............
|
3
3
5
5
10
12
14
16
19
|
BAB III
PENUTUP
....................................................................................................
A.
KESIMPULAN..............................................................................................
B.
SARAN...........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA..................................................................................................
|
21
21
22
23
|
BABI PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Allah SWT tidak
hanya menciptakan makhluk yang tampak saja, tetapi Allah subhaanahu wa
ta’aala juga menciptakan makhluk yang tidak nyata atau makhluk ghaib, sebagai
contoh adalah malaikat. Sebagai makhluk ghaib, wujud malaikat tidak dapat
dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain
tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampakkan diri
dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Makhluk
ghaib lainnya yang diciptakan Allah diantaranya adalah malaikat, jin dan iblis
atau setan. Dari ketiga makhluk ghaib tersebut terdapat perbedaan-perbedaan
baik dari asal penciptaan maupun sifat-sifatnya.
Beriman kepada malaikat adalah satu
dari rukun iman. Dengan kata lain, iman seorang hamba kepada Allah tidak akan
sempurna kecuali dengan menegakkan rukun iman, yang diantaranya adalah beriman
kepada malaikat Allah.Beriman akan adanya malaikat adalah wajib. Iman kepada malaikat
ini, masuk kedalam iman kepada sesuatu yang ghaib. Orang yang mengingkari akan
adanya hal ini berarti mengingkari keterangan Al-qur’an dan Rasul.
Dengan izin Allah, dalam makalah ini
kami akan menjelaskan dan membahas tentang Malaikat-Malaikat Allah serta
tentang makhluk ghaib lainnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan
judul makalah yang dibahas, maka penyusun membuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1.
Apakah yang dimaksud dengan ghoib dan makhluk ghoib?
2.
Bagaimana sifat-sifat makhluk ghoib ?
3.
Apakah makhluk ghoib mengetahui perkara yang ghoib ?
4.
Bagaimana sikap seorang muslim terhadap perkara yang ghoib ?
C.
TUJUANPENULISAN
Setelah membaca
dan mempelajari makalah ini, diharapkan pembaca, khususnya para mahasiswa
mengetahui :
1.
Perngertian ghoib dan makhluk ghoib
2.
Sifat-sifat makhluk ghoib
3.
Makhluk ghoib tidak mengetahui perkara ghoib
4.
Wajib bagi seorang muslim beriman terhadap perkara yang ghoib
BAB II PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN GHOIB DAN MAKHLUK GHOIB
Secara bahasa,
kata ghaib (غَيْبٌ)
berarti ‘ter tutupnya sesuatu dari pandangan mata’. Karena itu, matahari ketika
terbenam atau seseorang yang tidak berada di tempat juga disebut ghaib (غَيْبٌ).
Secara singkat dapat dikata kan bahwa ghaib (غَيْبٌ) adalah lawan
“nyata”.
1.
Pengertian Ghoib a. Secara bahasa kata “ghoib” adalah bahasa Arab. menurut lisaanul arab berasal dari kata ghoba (tidak tampak, tidak hadir) kebalikan dari kata hadhoro atau dhoharo (hadir atau nampak). Dalam kamus Lisanul Arab disebutkan bahwa “wal ghaib: kullu ma ghaaba ‘anka”, artinya “ghaib itu adalah sesuatu yang absen / diluar jangkauan Anda”. Maka segala perkara yang ditetapkan bahwa manusia memang tidak mampu menjangkaunya, adalah termasuk perkara yang ghaib.Secara tata bahasa (lughawiy) arti ghaib adalah tidak terlihat sebagaimana perkataan “bil ghaib” dalam ayat :
Sesungguhnya yang dapat kamu beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada azab Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihatNya (Q.S. Al Faathir [35] : 18)
. الَّذِينَ
يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَهُم مِّنَ السَّاعَةِ مُشْفِقُون
Yaitu orang yang takut akan
adzab Tuhannya walaupun mereka tidak melihatNya (Q.S. 21:49)b. Pengertian ghoib secara istilah
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka (Q.S. Al-Baqarah : 2-3)
Katakanlah: “Wahai Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui barang ghaib dan yang nyata, Engkaulah Yang memutuskan antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka memperselisihkannya (Q.S. Az-Zumar [39] : 46)
Menurut Jalalluddin Asy Suyuthi yang dimaksud dengan hal ghaib yang hanya Allah saja yang mengetahui itu meliputi 5 hal yaitu : Kiamat, Hujan (cuaca), Kondisi Janin Dalam Rahim, Rejeki, Dan Kematian. Hal ini berdasarkan firman Allah :
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati” (Q.S. Luqman: 34)
c. Pengertian Makhluk Ghoib
Kata makhluk juga terambil dari kata خَلَقَ yang diubah menjadi مَفْعُلُ (penderita) sehingga terbentuk kata makhluk yang berarti yang diciptakan.
Berdasarkan pengertian makhluk diatas, maka makhluk dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Makhluk ghaib (alam ghaib) yaitu segala sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Menurut sifatnya, makhluk ghaib ini dibagi menjadi 2, yaitu :
a) Makhluk ghaib hakiki (mutlak), yaitu segala sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera manusia, misalnya surga, neraka, malaikat, jin, syetan dan sebagainya
b) Makhluk ghaib idhafi (nisbi), yaitu segala sesuatu yang pada saat sekarang tidak dapat ditangkap oleh panca indera, tetapi pada masa lampau atau pada masa yang akan datang dapat ditangkap oleh panca indera manusia, misalnya peristiwa sejarah, ilmu pengetahuan dan ilmu hitam (black magic).
2. Makhluk syahadah (alam nyata) yaitu segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia. Makhluk syahadah terbagi menjadi 2, yaitu :
a) Makhluk jamadi, seperti benda-benda mati : batu, emas, perak dan sebagainya.
b) Makhluk hayati, terbagi menjadi 3, yaitu :
1. Makhluk nabati
2. Makhluk hayawani.
3. Makhluk insani (manusia).
B. SIFAT-SIFAT MAKHLUK GHOIB
1. Malaikat
a. Definisi Malaikat
Secara bahasa (etimologi), malaikat atau al-malā’ikah ( اَلْمَلاَئِكَةُ ) adalah bentuk jama’ (plural) dari al-mal’ak (اَلْمَلْأَكُ ). Kata al-mal’ak ( اَلْمَلْأَكُ ) sendiri berasal dari al-ma’lak ( اَلْمَأْلَكُ) yang berasal dari kata dasar al-alūkah (الأَلُوْكَةُ) yang berarti ar-risālah ( اَلرِّسَالَةُ), yaitu pengutusan atau pengiriman[1].
Sedangkan secara istilah (terminologi, syar’i), malaikat adalah:
عَالَمٌ غَيْبِيٌّ خَلَقَهُمُ اللهُ مِنْ نُوْرٍ
وَجَعَلَهُمْ طَائِعِيْنَ لَهُ مَتَذَلِّلِيْنَ لَهُ وَلِكُلٍّ مِنْهُمْ وَظَائِفُ
خَصَّهُ اللهُ بِهَا
“(Makhluk) alam ghaib
yang diciptakan Allah dari cahaya yang dijadikan sebagai makhluk yang taat dan
tunduk patuh kepada-Nya, yang masing-masing mempunyai tugas tertentu”
أَجْسَامٌ نُوْرَانِيَّةٌ لَطِيْفَةٌ
أُعْطِيَتْ قُدْرَةً عَلَى التَّشَكُّلِ بِأَشْكَالٍ مُخْتَلِفَةٍ وَمَسْكَنُهَا
السَّمَوَاتُ
“Makhluk cahaya lagi halus yang mempunyai kemampuan untuk berubah
menjadi beragam bentuk dan tinggal di langit[2]b. Asal penciptaan malaikat
Allah Ta`ala menciptakan malaikat dari cahaya. Hal tersebut sebagaimana terdapat dalam hadits dari Ummul Mu`minin `Aisyah radhiyallah `anha, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda:
“Malaikat diciptakan dari cahaya.” (HR. Muslim)
c. Wujud Malaikat
Wujud para malaikat telah dijabarkan di dalam Al Qur'an ada yang memiliki sayap sebanyak 2, 3 dan 4. surah Faathir 35:1 yang berbunyi:
Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu."
Kemudian dalam beberapa hadits dikatakan bahwa Jibril memiliki 600 sayap, Israfil memiliki 1200 sayap, dimana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril dan yang terakhir dikatakan bahwa Hamalat al-'Arsy memiliki 2400 sayap dimana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil.
Wujud malaikat mustahil dapat dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering dari lumpur hitam yang diberi bentuk[3] tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang mampu melihat wujud asli malaikat bahkan sampai dua kali.[4] Mereka tidak bertambah tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka diciptakan. Dalam ajaran Islam, ibadah manusia dan jin lebih disukai oleh Allah dibandingkan ibadah para malaikat, karena manusia dan jin bisa menentukan pilihannya sendiri berbeda dengan malaikat yang tidak memiliki pilihan lain. Malaikat mengemban tugas-tugas tertentu dalam mengelola alam semesta. Mereka dapat melintasi alam semesta secepat kilat atau bahkan lebih cepat lagi. Mereka tidak berjenis lelaki atau perempuan dan tidak berkeluarga.
d. Sifat-sifat malaikat
Sifat-sifat malaikat yang diyakini oleh umat Islam adalah sebagai berikut:
1. Selalu bertasbih siang dan malam tidak pernah berhenti[5]
2. Suci dari sifat-sifat manusia dan jin, seperti hawa nafsu, lapar, sakit, makan, tidur, bercanda, berdebat, dan lainnya.
3. Selalu takut dan taat kepada Allah.[6]
4. Tidak pernah maksiat dan selalu mengamalkan apa saja yang diperintahkan-Nya[7]
5. Mempunyai sifat malu[8]
6. Bisa terganggu dengan bau tidak sedap, anjing dan patung.[9]
7. Tidak makan dan minum.[10]
8. Mampu mengubah wujudnya.[11]
9. Memiliki kekuatan[12] dan kecepatan cahaya.[13]
Malaikat tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Sebagai makhluk ghaib, wujud Malaikat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium dan dirasakan oleh manusia, dengan kata lain tidak dapat dijangkau oleh panca indera, kecuali jika malaikat menampakkan diri dalam rupa tertentu, seperti rupa manusia. Ada pengecualian terhadap kisah Muhammad yang pernah bertemu dengan Jibril dengan menampakkan wujud aslinya, penampakkan yang ditunjukkan kepada Muhammad ini sebanyak 2 kali, yaitu pada saat menerima wahyu dan Isra dan Mi'raj.
e. Jumlah malaikat
Tidak ada seorangpun yang mengetahui jumlah malaikat kecuali Allah Ta’ala, karena sangat banyak, tiada terhitung. (QS. Al-Muddatstsir (74): 31). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
((
يَدْخُلُ الْبَيْتَ الْمَعْمُوْرَ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُوْنَ أَلْفٍ لاَ
يَعُوْدُوْنَ إِلَيْهِ ))
“Setiap hari masuk ke
dalam Al-Bait Al-Ma’mur sebanyak 70.000 malaikat mereka tidak pernah kembali
lagi” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
(( أَطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ
تَئِطَّ، مَا مِنْ مَوْضِعِ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلاَّ عَلَيْهِ مَلَكٌ وَاضِعٌ
جَبْهَتَهُ سَاجِدًا ِللهِ ))
“Langit berderit dan sudah selayaknya ia berderit, karena tidak ada
tempat di langitpun seluas empat jari kecuali pasti ada malaikat yang sedang
sujud meletakkan keningnya kepada Allah” (HR. Ahmad, Ibnu Majah,
At-Tirmidzi dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)“Sesungguhnya aku mendengar berderitnya langit dan hal itu tidaklah tercela baginya, karena tidak ada tempat sejengkalpun di langit kecuali pasti dihuni malaikat yang sedang sujud atau berdiri (beribadah)” (HR. Ath-Thahawi dan Ath-Thabrani serta dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
f. Tugas-tugas para malaikat
Kita mengimani dengan apa yang kita ketahui tentang pekerjaan-pekerjaan mereka yang mereka tunaikan berdasarkan perintah Allah Ta’ala, seperti bertasbih (mensucikan Allah) dan beribadah kepada-Nya tanpa kenal lelah dan tanpa pernah berhenti. Di antara para malaikat, ada yang memiliki tugas khusus, misalnya:
1. Jibril ‘alaihissalaam yang ditugasi menyampaikan wahyu dari Allah kepada para Rasul-Nya ‘alaihimussalaam.
2. Mikail yang ditugasi menurunkan hujan dan menyebarkannya.
3. Israfil yang ditugasi meniup sangkakala.
4. Malaikat Maut yang ditugasi mencabut nyawa. Dalam beberapa atsar ada disebutkan bahwa malaikat maut bernama Izrail, namun atsar tersebut tidak shahih. Nama yang benar adalah Malaikat Maut sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah ta’ala yang artinya: “Katakanlah: Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu.” (QS. As-Sajdah: 11)
5. Yang ditugasi menjaga amal perbuatan hamba dan mencatatnya, perbuatan yang baik maupun yang buruk, mereka adalah para malaikat pencatat yang mulia. Adapun penamaan malaikat Raqib dan ‘Atid juga tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka kita menamakan malaikat sesuai dengan apa yang telah Allah namakan bagi mereka.[14]
6. Yang ditugasi menjaga hamba pada waktu bermukim atau bepergian, waktu tidur atau ketika jaga dan pada semua keadaannya, mereka adalah Al-Mu’aqqibat.
7. Para malaikat penjaga surga. Ridwan merupakan pemimpin para malaikat di surga (apabila hadits tentang hal itu memang sah,).
8. Sembilan belas malaikat yang merupakan pemimpin para malaikat penjaga neraka dan pemukanya adalah malaikat Malik.
9. Para malaikat yang diserahi untuk mengatur janin di dalam rahim. Jika seorang hamba telah sempurna empat bulan di dalam perut ibunya, maka Allah ta’ala mengutus seorang malaikat kepadanya dan memerintahkannya untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya dan sengsara atau bahagianya.
10. Para malaikat yang diserahi untuk menanyai mayit ketika telah diletakkan di dalam kuburnya. Ketika itu, dua malaikat mendatanginya untuk menanyakan kepadanya tentang Rabb-nya, agamanya dan nabinya.
2.
Jin
a.
Definisi jin
Asal pembentukan kalimat
"jin" dari huruf 'jim' dan 'nun' menunjukkan maknatertutup,
sebagaimana firman Allah SWT:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَباً قَالَ
هَـذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لا أُحِبُّ الآفِلِينَ
"Ketika malam telah gelap, dia
melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: "Inilah Robbku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam dia berkata:"Saya tidak suka kepada yang
tenggelam." (QS.Al-An'am [6]: 76).
Berkata
Syaikhul Islam Rahimahullah: "Ia dinamakan jin karena ketertutupannya
dari pandangan manusia."Para jin melihat manusia sedangkan manusia
tidak dapat melihat mereka. Allah SWT berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ لاَ يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا
أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا
لِيُرِيَهُمَا سَوْءَاتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لاَ
تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاء لِلَّذِينَ لاَ
يُؤْمِنُونَ
"Hai anak
Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah
mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya
pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan
suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah
menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak
beriman." (QS.Al-A-rof [7]: 27)
Maksud dari ayat ini adalah:
Sesungguhnya manusia tidak dapat melihat jin sesuai dengan bentuk kejadiannya
yang hakiki, tetapi terkadang mereka bisa dilihat dengan bentuk yang lain
semisal hewan. (Lihat Fath al-Haq al-Mubin: 28 oleh Abdullah bin Muhammad bin
Ahmad ath-Thoyar)
b.
Asal penciptaan jin
Allah menciptakan jin dari api. Hal
ini sesuai dengan apa yang disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Al-Hijr [15]:
27;
وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ
مِن نَّارِ السَّمُومِ
"Dan Kami telah menciptakan
jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas." Dan juga dalam surat
Ar-Rohman [55]: 15;
وَخَلَقَ الْجَانَّ مِن مَّارِجٍ مِّن نَّارٍ
"Dan Dia menciptakan jin dari
nyala api."
Dan Rasulullah SAW bersabda: "Malaikat
diciptakan dari nur (cahaya). Jin diciptakan dari marij (api). Dan Adam
diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian. (yaitu dari tanah)"
(HR Muslim: 2512)
Jin diciptakan sebelum manusia
berdasarkan nash al-Qur'an QS Al-Hijr [15]"27-28)
وَالْجَآنَّ خَلَقْنَاهُ مِن قَبْلُ مِن نَّارِ السَّمُومِوَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي خَالِقٌ بَشَراً مِّن صَلْصَالٍ مِّنْ
حَمَإٍ مَّسْنُونٍ
"Dan Kami telah menciptakan jin
sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. Dan (ingatlah) , ketika Tuhanmu
berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang
manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi
bentuk."
c.
Aqidah dan agama jin
Jin itu seperti halnya manusia
semourna dalam permasalahan ini. Di antara mereka ada yang Muslim, Nashara,
atau Yahudi. Bahkan, jika ada yang muslim, maka ia seperti muslimnya manusia
juga – yaitu ada yang berpaham Qadariyyah, Syi’ah, Ahlus-Sunnah, Ahlul-Bid’ah,
dan yang lainnya. Ada yang taat, ada pula yang berbuat maksiat. Ada yang taqwa,
ada pula yang jahat.Allah ta’ala telah mengkhabarkan tentang hal itu
bahwasannya mereka (para jin) berkata :
“Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian
halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda” [QS. Jin : 11].
Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhma
berkata tentang firman Allah : ‘Adalah kami menempuh jalan yang
berbeda-beda’ ; yaitu : Diantara kami ada yang mukmin (beriman) ada pula
yang kafir.[15][15]
Ibnu Taimiyyah rahimahullah
berkata ـ“Yaitu berbagai madzhab, seperti :
Muslim, Kafir, Ahlus-Sunnah, dan Ahlul-Bid’ah”.[16][16]
d.
Macam-macam jin
Rasulullah SAW
bersabda: "Jin terdiri atas tiga kelompok: satu kelompok memiliki sayap
mereka terbang di udara dengannya, satu kelompok berbentuk ular dan anjing, dan
satu kelompok lagi berdiam diri di tempatnya dan melakuikan petualangan." (HR.Thabroni dengan sanad hasan, al-Hakim, dan al-Baihaqi
dengan sanad shohih; lihat Shohihul Jami' 3/85)[17][17]
e.
Tempat tinggal jin
1.
Di Pasar
2.
Tempat-tempat Buang Hajat
3.
Bersama dengan unta dan di
kandang-kandangnya
4.
Di rumah-rumah
5.
Di Lautan
6.
Di Lubang-lubang dan belahan-belahan
tanah
7.
Di padang pasir, Lembah, Lorong, dan
tempat-tempat yang ditinggalkan oleh penghuninya
3.
Syetan
Setan atau
Syaithan (شَيْطَانٌ)
dalam bahasa Arab diambil dari kata (شَطَنَ) yang berarti
jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata (شَاطَ)
yang berarti terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu
Jarir dan Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran
atau dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala (Al-Misbahul Munir, hal. 313).
Ibnu Jarir menyatakan, syaithan
dalam bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau
dari segala sesuatu.
Demikianlah Allah I berfirman:
Demikianlah Allah I berfirman:
“Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia).” (Al-An’am: 112)
(Dalam ayat ini) Allah menjadikan
setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin. Dan hanyalah
setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya menyelisihi
akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan.
(Tafsir Ibnu Jarir, 1/49)
Ibnu Katsir
menyatakan bahwa syaithan adalah semua yang keluar dari tabiat jenisnya dengan
kejelekan (Tafsir Ibnu Katsir, 2/127). Lihat
juga Al-Qamus Al-Muhith (hal. 1071).Yang mendukung pendapat ini adalah surat
Al-An’am ayat 112:
“Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada
sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu
(manusia).” (Al-An’am: 112)
Al-Imam Ahmad
meriwayatkan dari Abu Dzar z, ia berkata: Aku datang kepada Nabi n dan beliau
berada di masjid. Akupun duduk. Dan beliau menyatakan:
“Wahai Abu Dzar apakah kamu sudah shalat?” Aku jawab: “Belum.” Beliau
mengatakan: “Bangkit dan shalatlah.” Akupun bangkit dan shalat, lalu aku duduk.
Beliau berkata: “Wahai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan
setan manusia dan jin.” Abu Dzar berkata: “Wahai Rasulullah, apakah di kalangan
manusia ada setan?” Beliau menjawab: “Ya.”Ibnu Katsir menyatakan setelah
menyebutkan beberapa sanad hadits ini: “Inilah jalan-jalan hadits ini. Dan
semua jalan-jalan hadits tersebut menunjukkan kuatnya hadits itu dan
keshahihannya.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/172).Yang
mendukung pendapat ini juga hadits Nabi n dalam riwayat Muslim:
“Anjing
hitam adalah setan.”
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya
–wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/173)Ini adalah
pendapat Qatadah, Mujahid dan yang dikuatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Katsir,
Asy-Syaukani dan Asy-Syinqithi.
Dalam masalah
ini ada tafsir lain terhadap ayat itu, tapi itu adalah pendapat yang
lemah.)Ketika membicarakan tentang setan dan tekadnya dalam menyesatkan
manusia, Allah I berfirman:
“Iblis
menjawab: ‘Beri tangguhlah aku sampai waktu mereka dibangkitkan’, Allah
berfirman: ‘Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh.’ Iblis
menjawab: ‘Karena Engkau telah menghukumiku tersesat, aku benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati
kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Al-A’raf: 14-17)
Setan adalah turunan Iblis,
sebagaimana firman Allah:
“Patutkah kamu mengambil dia dan
turunan-turunannya sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu?
Amat buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang
dzalim.” (Al-Kahfi: 50)Turunan-turunan Iblis yang dimaksud dalam ayat ini
adalah setan-setan. (Taisir Al-Karim Ar-Rahman, hal. 453)
C.
MAKHLUK GHOIB TIDAK MENGETAHUI YANG GHOIB
Jin tidak dapat
mengetahui perkara-perkara ghaib dan tidak ada seorangpun di langit dan di bumi
yang mengetahui perkara-perkara ghaib kecuali Allah. Bacalah firman-Nya:
فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَى
مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنسَأَتَهُ فَلَمَّا خَرَّ
تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَن لَّوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي
الْعَذَابِ الْمُهِينِ (14) سورة سبأ
“Maka tatkala
Kami telah menetapkan kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada
mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia
telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa kalau sekiranya mereka mengetahui yang
ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan” (QS.
Saba’: 14).
Dan barangsiapa
yang mengaku mengetahui perkara-perkara ghaib maka dia kafir dan orang yang
membenarkan orang yang mengaku mengetahui perkara-perkara ghaib maka dia juga
kafir, karena Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (65) سورة النمل.
“Katakanlah: “Tidak ada
seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan” (QS.
An-Naml: 65).
Tidak ada yang mengetahui hal yang
ghaib di langit dan di bumi kecuali Allah saja. Mereka yang mengaku bahwa
dirinya mengetahui hal yang ghaib yang akan terjadi pada masa yang akan datang
semuanya termasuk perdukunan. R(2203)asulullah shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
من أتى عرافا فسأله عن شيء فصدقه لم تقبل له صلاة أربعين يوما
“Barangsiapa mendatangi
tukang ramal/dukun lalu bertanya kepadanya tentang sesuatu dan membenarkan apa
yang ia katakana, maka sholatnya tidak akan diterima oleh Allah selama 40 hari”
(HR. Muslim no. 2203).
Jika ia membenarkanya maka dia
menjadi kafir karena ia telah membenarkan ada seseorang yang mengetahui perkara
ghaib dan ia telah mendustakan firman-Nya:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ (65) سورة النمل.
“Katakanlah: “Tidak ada
seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah”, dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan” (QS.
An-Naml: 65).[18][18]
D.
PERBEDAAN MALAIKAT DAN JIN
Diantara kaum muslimin ada yang
tidak mengetahui tentang perbedaan antara malaikat yang mulia dengan jin dan
syaitan. Bahkan penyimpangan sebagian umat sampai kepada taraf menyamakan
antara malaikat dengan jin. Kaum musyrikin Arab dan ahli kitab meyakini adanya
malaikat meskipun mayoritas mereka menganggap bahwa malaikat dan syaitan itu
merupakan satu jenis. Maka siapa diantara mereka yang keluar dari ketaatan
kepada Allah Subhaanahu wata’aala, jatuhlah kedudukannya dan menjadi syaitan.Kaum musyrikin Arab dan ahli kitab mengingkari bahwa iblis
adalah nenek moyang jin dan mengingkari pula bahwa jin itu menikah, melahirkan,
makan dan minum. Bahkan sebagian orang Arab menyangka bahwa malaikat adalah
keturunan jin sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian ahli tafsir.Penyebutan
perbedaan keduanya bisa membantu kita untuk mengenal malaikat dengan pengenalan
yang benar.[19][19]
Perbedaan-perbedaan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Malaikat diciptakan dari cahaya
sedangkan jin diciptakan dari api. Hal ini ditunjukkan dalam hadits Aisyah
Radhiallahu ‘anha dalam Shahih Muslim (2996) dia berkata, “bersabda Rasulullah
Shallallohu ‘alaihi wasallam :
خُلِقَتِ المَلَائِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَ الجَانُّ مِنْ
مَارِجٍ مِنْ نَارٍ
“Malaikat diciptakan dari
cahaya dan jin diciptakan dari api yang bercampur dengan hitamnya api.”(Ini merupakan perbedaan yang mencolok dalam hal asal
penciptaan, terlebih lagi ada perbedaan lain dalam sifat dan perbuatannya).
2.
Nama-nama malaikat berbeda dengan
nama-nama jin baik secara global maupun terperinci. Adapun nama-nama malaikat
mengandung makna utusan. Maka malaikat bermakna para utusan Allah dan nama At
Tasyaitan artinya yang melampaui batas. Nama-nama ini secara global sudah menunjukkan
perbedaan apalagi secara terperinci. Sedangkan Al Iblis berasal dari kata Al
Iblas, artinya yang berputus asa dari rahmat Allah Subhaanahu
wata’aala.Perhatikanlah nama Jibril, Mikail, Israfil dan yang lainnya. Engkau
mendapati bahwa nama-nama malaikat itu adalah nama- nama yang indah dan bagus
sedangkan nama-nama jin dan syaitan itu jelek.
3.
Para malaikat diciptakan oleh Allah Subhaanahu wata’aala dengan tabiat selalu
taat kepada Allah Subhaanahu wata’aala, dan tidak ada pilihan bagi malaikat
apakah dia mau taat atau tidak. Berbeda
dengan jin, dimana Allah Subhaanahu wata’aala, menjadikan mereka mempunyai
pilihan dan kehendak sebagaimana manusia. Siapa yang ingin beriman, maka dia
memilihnya dan siapa yang ingin kekufuran, maka dia memilihnya. Tatkala jin
diberi pilihan tersebut, banyak dari kalangan mereka yang memilih kekufuran
daripada keimanan.
4.
Para malaikat tidak memiliki
syahwat. Oleh karena itu, mereka tidak makan, tidak minum dan tidak menikah.
Adapun para jin, mereka makan, minum, menikah dan yang lainnya.
5.
Para malaikat tidak pernah bermaksiat kepada Allah Subhaanahu wata’aala,
sedikit pun walaupun hanya sekejap mata. Adapun
mayoritas jin adalah kafir bahkan kekufuran pada mereka lebih banyak jika
dibandingkan dengan kekufuran pada manusia. Apa yang tersebar bahwa Harut dan
Marut adalah nama 2 malaikat, tidaklah benar bahkan keduanya adalah jin.
Barangsiapa yang berpendapat bahwa keduanya adalah malaikat, mereka bersandar
pada kisah-kisah Israiliyyat yang tidak bisa dijadikan sebagai sandaran dan
tidak bisa ditegakkan sebagai hujjah serta tidak ada satu pun hadits shahih
tentang hal ini.
6.
Malaikat jauh lebih kuat daripada jin.Bahkan sebagian malaikat, ada yang tidak
bisa dibandingkan kekuatannya dengan seluruh jin seperti Malakul Maut. Malakul Maut hanya seorang diri, namun dia mampu mencabut
ruh-ruh dari penduduk barat dan timur dalam waktu sekejap. Sungguh Rasulullah
Shallallohu ‘alaihi wasallam, telah melihat Jibril dan dia memiliki 600 sayap.
Hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari (4856) dari hadits Ibnu Mas’ud
radiallohu ‘anhu.Ada juga 8 malaikat yang memikul ‘Arsy. Sungguh Allah
Subhaanahu wata’aala, telah menjadikan para malaikat sebagai bala tentaranya
yang paling kuat dan Allah Subhaanahu wata’aala, memperlihatkan seluruh jagat
raya kepada mereka dan kekuatan mereka pun berbeda-beda.Allah Subhaanahu
wata’aala, berfirman:
جَاعِلِ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا أُولِي أَجْنِحَةٍ مَثْنَى
وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ يَزِيدُ فِي الْخَلْقِ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ
شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing dua, tiga dan empat. Allah
menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Fathir : 1)
7.
Para malaikat lebih utama dari para
jin baik dalam hal penciptaan, bentuk, perbuatan maupun keadaan.
8.
Malaikat memiliki jumlah yang sangat banyak dan jumlahnya melebihi jumlah jin,
manusia dan hewan karena mereka senantiasa mengurusi para makhluk tersebut dan
mengurusi yang lainnya. Diantara mereka ada yang ruku’, ada yang sujud, adapula
yang bertasbih dan beristighfar serta yang lainnya.
9.
Allah Subhaanahu wata’aala, menciptakan malaikat untuk melayani bani Adam dan
merekapun (para malaikat) senantiasa melakukan tugas tersebut. Adapun mayoritas
jin berusaha menyesatkan manusia dan menyimpangkan mereka dari jalan Allah
Subhaanahu wata’aala,. Yang berada di baris terdepannya adalah nenek moyang
mereka yaitu Iblis sebagaimana yang telah diketahui secara pasti dalam agama
ini.
10. Para malikat bertugas
mengurusi jin dan membantu mereka sesuai dengan kehendak Allah Subhaanahu
wata’aala.
11. Malaikat mampu melihat jin
di setiap waktu. Adapun jin tidak bisa melihat malaikat kecuali jika malaikat
itu berubah bentuk dengan bentuk yang mampu dilihat oleh jin. Karena jika jin
melihat malaikat, maka tidak tersisa sedikitpun dari ilmu ghaib yang wajib
diimani oleh mereka.
12. Allah Subhaanahu
wata’aala menciptakan malaikat sebelum menciptakan jin. Dalil yang
menunjukkan tentang hal ini adalah bahwa diantara para malaikat ada yang
bertugas memikul ‘Arsy sedangkan kita sudah mengetahui bahwa Arsy itu
diciptakan sebelum Allah Subhaanahu wata’aala menciptakan langit dan bumi
serta apa-apa yang ada di antara keduanya.
13. Malaikat merupakan alam
ghaib bagi jin. Oleh karena itu, Allah Subhaanahu wata’aala, mewajibkan
kepada jin untuk beriman kepada para malaikat
14. Malaikat mampu
menguasai jin dengan izin Allah Subhaanahu wata’aala. Oleh karena itu, malaikat
mampu melihat jin dan mencabut ruh-ruh mereka serta mampu menghalangi kaum jin
ketika hendak menyakiti manusia sesuai dengan kehendak Allah Subhaanahu
wata’aala. Adapun jin tidak mampu menguasai para malaikat dan hal ini sudah
diketahui secara pasti.
15. Para malaikat secara umum
disifati dengan sifat-sifat yang terpuji.[20][20]
E.
MENGIMANI PERKARA YANG GOIB SESUAI SYARIA’T
Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini
tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. (Yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman
kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung. (Q.
S. Al Baqarah : 1-5).
Ayat inilah dasar utama yang meyakinkan kepada kita akan
pentingnya keimanan pada hal yang ghaib. Hal ini juga dipertegas dengan
ungkapan sesungguhnya peringatan akan hal yang ghaib menjadikan iman kita
semakin kokoh dan tidak menjadikan kita salah kaprah memahami hal yang ghaib.
Hal-hal ghaib perlu dipahami dengan benar agar tidak sampai keluar dari koridor
sesuai syar’i.
Dari urairan di atas jelaslah bahwa
orang-orang yang menentang adanya berita ghaib termasuk kufur kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan menentang-Nya serta menentang seluruh rasul. Karena
beriman kepada perkara ghaib termasuk rukun-rukun iman. Al-Imam Ath-Thahawi
rahimahullahu mengatakan: “Mengingkari risalah beliau (Shallallahu ‘alaihi wa
sallam) termasuk celaan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (Syarh Al-‘Aqidah
Ath-Thahawiyyah, hal. 178).
Abu Ja’far
Ahmad bin Muhammad Ath-Thahawi rahimahullahu menjelaskan: “Tidak akan kokoh
fondasi Islam melainkan di atas sikap berserah diri dan menerima. Barangsiapa
berusaha menggali ilmu yang dilarang untuk diilmui dan tidak merasa puas dengan
menyerahkan pemahamannya, maka keinginannya akan menghalangi dirinya dari
kemurnian tauhid, kebersihan ilmu, dan iman yang benar. Sehingga dia menjadi orang yang bimbang antara kufur dan
iman, antara membenarkan dan mendustakan, antara menetapkan dan mengingkari.
Dia juga akan ternodai oleh bisikan-bisikan yang menyesatkan dan mendatangkan
keragu-raguan. Dia bukan seorang yang beriman dan membenarkan, bukan pula
seorang penentang yang mendustakan.”Kaidah ini telah dijelaskan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala di dalam firman-Nya:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَالْمَلاَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّيْنَ
Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (Al-Baqarah: 177)
Dalam hadits Jibril disebutkan:
أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ. قَالَ: أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Jibril berkata: “Beritahukan kepadaku tentang iman.” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada taqdir yang baik maupun buruk.”Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu dalam Al-‘Aqidah Al-Wasithiyyah berkata: “Amma ba’du. Ini adalah i’tiqad Al-Firqatun Najiyah (golongan yang selamat) yang ditolong, sampai hari kiamat. Mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Yaitu beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kebangkitan setelah kematian dan beriman kepada taqdir, baik maupun buruk.”Wallahu a’lam.
BAB III PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Rukun iman yang kedua ialah kita wajib beriman kepada
malaikat. Malaikat merupakan makhluk yang hidup di alam ghaib dan senantiasa
beribadah kepada Allah. Mereka tidak memiliki keistimewaan sifat rububiyah
maupun uluhiyah sedikitpun. Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk
mentaati dan melaksanakan perintah dengan sempurna. dan malaikat-malaikat
yang disisi-Nya mereka tiada memiliki rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada
pula merasa letih. mereka selalu bertasbih malam dan siang tanpa henti-hentinya(Al-Anbiyaa':19-20).
Jumlah mereka sangat banyak, tiada yang mengetahui jumlah mereka secara pasti
kecuali Allah Azza wa Jalla.Dan tidaklah kita boleh memberi nama kecuali yang telah
diberi nama oleh Allah.Adapun beriman kepada malaikat
mengandung empat unsur yaitu:
1.
beriman terhadap keberadaan mereka.
2.
beriman terhadap nama-nama mereka yang telah diketahui seperti jibril.adapun
yang tidak diketahui nama nya kita mengimani mereka secara global.
3.
beriman terhadap sifat mereka yang telah diketahui seperti jibril. yang dia
mempunyai enam ratus sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam. Adapun yang
tidak disebutkan sifatnya kita mengimani mereka secara global.
4.
beriman terhadap tugas mereka yang kita ketahui. adapun yang tidak kita ketahui
maka kita mengimaninya secara umum.
Keberadaan jin merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi
mengingat pemberitaan dari para nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang
banyak. Secara pasti, kaum jin adalah makhluk hidup, berakal dan mereka
melakukan segala sesuatu dengan kehendak. Bahkan mereka dibebani perintah dan
larangan, hanya saja mereka tidak memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada
pada manusia atau selainnya. (Idhahu Ad-Dilalah fi ’Umumi Ar-Risalah hal. 1,
lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9)
Masalah ghaib tidak hanya seputar
kehidupan jin dan syetan sebagaimana yang banyak diekspos oleh media massa
akhir-akhir ini. Karena jin dan syetan hanya bagian kecil dari masalah
keghaiban yang sangat luas cakupannya. Kita belum pernah melihat suratan taqdir
kita dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, tapi kita harus percaya akan
adanya takdir yang telah digariskan Allah untuk kita, yang baik maupun yang
buruk. Begitu juga dengan umur kita, Allah telah menentukan batasannya dan kita
harus mempercayainya, walaupun kita belum tahu berapa lama ketentuan umur kita.
Dan masih banyak hal yang berkaitan dengan kehidupan kita, yang masuk dalam
kategori ghaib karena tidak bisa kita indra dengan panca indra kita. “Dan pada
sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan,
dan tiada selembar daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula). Dan
tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tiada suatu pun yang
basah dan kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh)”.
(QS. Al-An’am: 59).
B.
SARAN
Penting bagi setiap muslim mengetahui hal yang ghaib secara benar, lalu mempercayainya
dan menjadikannya sebagai pilar-pilar keimanan. Kalau kita salah dalam memahami
hal yang ghaib, berarti salah pula pilar iman yang kita miliki. Maka dari itu
untuk memahami hal yang ghaib kita membutuhkan referensi yang valid dan akurat,
agar tidak menghasilkan pemahaman yang salah dan menyimpang. Dan referensi itu
bernama al-Qur’an dan al-Hadits.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul
Kariim dan terjemahannya
Muhammad
ash-Shālih al-‘Utsaymīn, Syarh al-‘Aqīdah al-Wāsithiyyah
(Dammam: Dār Ibn al-Jawziy wa Maktabah Syams, 1415 H), vol. I hal. 59; Muhammad Khalīl Harrās, Syarh
al-‘Aqīdah al-Wāsithiyyah, ed. ‘Alwī bin ‘Abd al-Qādir as-Saqqāf (Riyadh:
Dār al-Hijrah, 1415 H)
‘Ali bin
‘Ali bin Abi al-‘Izz, Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, ed. Dr.
‘Abdullah bin ‘Abd al-Muhsin at-Turki dan Syu’aib al-Arna’uth (Beirut:
Mu’assasah Ar-Risalah, 1992), hal. 407; ‘Abd al-Akhir Hammad al-Ghunaimi, aAl-Minhah
al-Ilahiyyah fi Tahdzib Syarh ath-Thahawiyyah (Dammam: Dar ash-Shahabah,
1995)
Nashir bin ‘Ali
‘Ayidh Hasan asy-Syaikh, Mabahits al-‘Aqidah fi Surah az-Zumar (Riyadh:
Maktabah ar-Rusyd, 1995)
Prof. Dr. Umar bin Sulaiman bin
Abdullah Al-Asyqar, Alamul Jin wasy Syaithon (2002); Darun Nafais.
DR. Shalih Al-Fauzan Kitab At-Tauhid
Lish Shaffits Tsani Al-’Ali Majmu’ Fatawa fii Arkanil
Islam
Muhammad bin Abdillah Al-Imam Hukum
Berinteraksi Dengan Jin; (2010); Pustaka AtsTsabat Balikpapan.
[1] Muhammad ash-Shālih al-‘Utsaymīn, Syarh
al-‘Aqīdah al-Wāsithiyyah (Dammam: Dār Ibn al-Jawziy wa Maktabah Syams,
1415 H), vol. I hal. 59; Muhammad Khalīl Harrās, Syarh
al-‘Aqīdah al-Wāsithiyyah, ed. ‘Alwī bin ‘Abd al-Qādir as-Saqqāf (Riyadh:
Dār al-Hijrah, 1415 H), hal. 62.
[2] Ibid.;
‘Ali bin ‘Ali bin Abi al-‘Izz, Syarh al-‘Aqidah ath-Thahawiyyah, ed. Dr.
‘Abdullah bin ‘Abd al-Muhsin at-Turki dan Syu’aib al-Arna’uth (Beirut:
Mu’assasah Ar-Risalah, 1992), hal. 407; ‘Abd al-Akhir Hammad al-Ghunaimi, aAl-Minhah
al-Ilahiyyah fi Tahdzib Syarh ath-Thahawiyyah (Dammam: Dar ash-Shahabah,
1995), hal. 181
[3] Al-Hijr 15 : 28; وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي خَالِقٌ بَشَرًا مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُونٍ
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk
[5] Mereka (malaikat) selalu bertasbih (beribadah kepada Allah)
pada waktu malam dan siang hari tiada henti-hentinya. (Al-Anbiya 21:20)
[6] Mereka (malaikat) takut kepada Tuhan mereka yang diatas
mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)". (An-Nahl:
50)
Dan mereka berkata, 'Tuhan Yang Maha
Pemurah telah mengambil (mempunyai anak)'. Maha Suci Allah. Sebenarnya
(malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka itu tidak
mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya.
Allah mengetahui segala apa yang ada dihadapan mereka (malaikat) dan yang ada
dibelakang mereka,dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada orang yang
diridhai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena takut kepada-Nya".
(Al-Anbiya: 26-28)
[7] Hai orang-orang
yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At-Tahriim 66:6)
[8] Nabi
Muhammad bersabda "Bagaimana aku tidak malu terhadap seorang laki-laki
yang malaikat pun malu terhadapnya". Hadits riwayat Muslim.
[9] Nabi Muhammad
bersabda "Barang siapa makan bawang putih, bawang merah, dan bawang bakung
janganlah mendekati masjid kami, karena malaikat merasa sakit (terganggu)
dengan hal-hal yang membuat manusia pun meraa sakit". Hadits riwayat Muslim.
[10] Lalu
dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata, “Silakan Anda makan.”
(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap
mereka. Mereka berkata, “Janganlah kamu takut.” Dan mereka memberi kabar
gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak).
(Adz-Dzaariyaat 27-28
[11] ...Dan
ceritakanlah (kisah) Maryam di dalam Al-Quran, yaitu ketika ia menjauhkan diri
dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur, Maka ia mengadakan tabir
(yang melindunginya) dari mereka; lalu kami mengutus roh Kami (Jibril)
kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.
(Maryam 16-17)
[12] Dan
malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan
malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka. (Al-Haaqqah: 17)
“Maka
tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke
bawah (Kami balikkan, red.), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang
terbakar dengan bertubi-tubi. (Hud 82)
[13]
Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang
kadarnya lima puluh ribu tahun. (Al-Ma’arij 4). Petunjuk dalam ayat tersebut
sangat jelas bahwa perbandingan kecepatan terbang malaikat adalah dalam sehari
kadarnya 50.000 tahun. Berdasarkan metode penghitungan yang dilakukan DR.
Mansour Hassab El Naby seperti dalam tulisannya bahwa untuk satu hari yang
berkadar 1.000 tahun sama dengan kecepatan cahaya (299.792,4989 km/detik).
Berdasar rumus-rumus dan cara yang sama untuk perbandingan sehari sama dengan
50.000 tahun dapat diperoleh hasil perhitungan sama dengan 50 kali kecepatan
cahaya (14.989.624,9442 km/detik). Kesimpulannya adalah berdasarkan informasi
dari Al Qur'an dapat dihitung kecepatan terbang malaikat dan Jibril yaitu 50
kali kecepatan cahaya!
[17] Diriwayatkan Ath-Thabarani,
Al-Haakim, dan Al-Baihaqiy dalam Al-Asmaa’ wash-Shifaat dengan sanad
shahih. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahiihul-Jaami’
(no. 3114). Catatan :
Asy-Syaikh Hamdi bin ‘Abdil-Majiid As-Salafiy memberikan keterangan takhrij dalam
Al-Mu’jamul-Kabiir (22/214 no. 573) atas hadits tersebut sebagai berikut
: “Diriwayatkan oleh Al-Mushannif (yaitu Ath-Thabaraniy) dalam Musnad
Asy-Syaamiyyiin (no. 1956) dan Al-Haakim (2/456) dan ia menshahihkan serta
disepakati oleh Adz-Dzahabi. Diriwayatkan
juga oleh Al-Baihaqi dalam Al-Asmaa’ wash-Shifaat (hal. 388
[19] Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam kitab “At Tafsir Al Kabir” yang
disandarkan kepadanya (7/381)
[20] Kitab terjemah
“Hukum Berinteraksi dengan jin” Hal 25-36
Pustaka At Tsabat
http://www.salafybpp.com
http://www.salafybpp.com
Bingung mau ngapain? mendingan main games online bareng aku?
BalasHapuscuman DP 20rbu aja kamu bisa dapatkan puluhan juta rupiah lohh?
kamu bisa dapatkan promo promo yang lagi Hitzz
yuu buruan segera daftarkan diri kamu
Hanya di dewalotto
Link alternatif :
dewa-lotto.name
dewa-lotto.com